Jumat, 16 November 2018

Tawadu

✋🏻🌷⚠💥  TAWADHU’ KEPADA YANG TUA MAUPUN KEPADA YANG MUDA

✍🏻 Bakr bin Abdillah Al-Muzany -rahimahullah- berkata:

※ “Jika engkau melihat orang yang lebih tua darimu maka katakanlah: Dia mendahuluiku dengan iman dan amal shalih, sehingga dia lebih baik dariku.

※ Dan jika engkau melihat orang yang lebih muda darimu maka katakanlah: Aku mendahuluinya melakukan dosa dan kemaksiatan, sehingga dia juga lebih baik dariku.

※ Jika engkau melihat teman-temanmu menghormati dan memuliakan dirimu maka katakanlah: Ini karena kemuliaan jiwa mereka.

※ Dan jika engkau melihat mereka kurang dalam memuliakan dirimu maka katakanlah: Ini adalah akibat dosa yang kulakukan.

📚 (Shifatush Shafwah, karya Ibnul Jauzy, terbitan Daarul Ma’rifah, 3/248)

⚪ WhatsApp Salafy Indonesia
⏩ Channel Telegram || http://telegram.me/ForumSalafy

💎💎💎💎💎💎💎💎💎

Rabu, 14 November 2018

MERAYAAAN MAULID NABI

DI DALAM ISLAM DAN SUNNAH NABI [ﷺ] TIDAK DIKENAL AJARAN ATAUPUN ANJURAN UNTUK MERAYAAAN MAULID NABI
.
Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata:
/※/ “Barangsiapa yang menganggap baiknya suatu amalan (tanpa dalil), bererti ia telah membuat syari’at.” [¹]
.
Allah berfirman (ertinya),
/※/ “Jika kalian berselisih dalam suatu perkara maka kembalikanlah kepada Allah (iaini Al-Qur’an) dan RasulNya (iaini As-Sunnah), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kiamat.” [²]
.
Nabi [ﷺ] membacakan firman Allah [ﷻ],
/※/ “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali wajib baginya untuk menunjukkan kepada umatnya segala kebaikkan yang diketahuinya, dan memperingatkan mereka dari kejelekkan yang diketahuinya.” [³]
.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
/※/ “Merayakan hari kelahiran Nabi [ﷺ] tidak pernah dilakukan oleh Salaf (iaitu para Sahabat) radhiyallahu ‘anhum, meskipun ada peluang dan tidak ada penghalang tertentu bagi mereka untuk melakukannya. Kalaulah perayaan maulid ini murni suatu kebaikkan atau lebih besar kebaikkannya, pastilah kaum Salaf radhiyallahu ‘anhum orang yang lebih berhak merayakannya daripada kita. Kerana kecintaan dan pengagungan mereka kepada Rasul lebih besar dari yang kita miliki, demikian pula semangat mereka dalam meraih kebaikkan lebih besar daripada kita.” [⁴]
.
[⚙️] Bagaimana pula dengan tabi’in, tabi’ut tabi’in dan imam-imam yang empat (Al-Imam Abu Hanifah, Malik, asy-Syafi’i dan Ahmad), apakah mereka merayakan maulid Nabi [ﷺ]? Jawabnya adalah bahawa mereka sama sekali tidak pernah merayakannya.
.
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan:
/※/ “Bahawa yang pertama kali mengadakan peringatan maulid Nabi adalah para raja kerajaan Fathimiyyah -Al-‘Ubaidiyyah yang dinasabkan kepada ‘Ubaidullah bin Maimun al-Qaddah al-Yahudi- yang berkuasa di Mesir sejak tahun 357H hingga 567H. Para raja Fathimiyyah ini beragama Syi’ah Isma’iliyyah Rafidhiyyah.” [⁵]
.
Demikian pula yang dinyatakan oleh Al Miqrizi dalam kitabnya al-Mawaa’izh Wal I’tibar, 1/490. [⁶]
⤵️⤵️⤵️.

Hukumi Seseorang Sesuai Lahiriyah.

Beri Sedekah pada Pengemis yang Pura-Pura Miskin, Bolehkah❓.
.
↪️Hukumi Seseorang Sesuai Lahiriyah.
.
Ingatlah kita hanya punya tugas menghukumi seseorang sesuai lahiriyah yang kita lihat, karena tak bisa menerawang isi hatinya. Pelajaran ini bisa kita ambil dari kisah Usamah bin Zaid berikut ini.
.
Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus kami ke daerah Huraqah dari suku Juhainah, kemudian kami serang mereka secara tiba-tiba pada pagi hari di tempat air mereka. Saya dan seseorang dari kaum Anshar bertemu dengan seorang lelaki dari golongan mereka. Setelah kami dekat dengannya, ia lalu mengucapkan laa ilaha illallah. Orang dari sahabat Anshar menahan diri dari membunuhnya, sedangkan aku menusuknya dengan tombakku hingga membuatnya terbunuh.
.
Sesampainya di Madinah, peristiwa itu didengar oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau bertanya padaku,
.
“Hai Usamah, apakah kamu membunuhnya setelah ia mengucapkan laa ilaha illallah?” Saya berkata, “Wahai Rasulullah, sebenarnya orang itu hanya ingin mencari perlindungan diri saja, sedangkan hatinya tidak meyakini hal itu.” Beliau bersabda lagi, “Apakah engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan laa ilaha illallah?” Ucapan itu terus menerus diulang oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga saya mengharapkan bahwa saya belum masuk Islam sebelum hari itu.” (HR. Bukhari no. 4269 dan Muslim no. 96).
.
Dalam riwayat Muslim disebutkan, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
.
“Bukankah ia telah mengucapkan laa ilaha illallah, mengapa engkau membunuhnya?” Saya menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengucapkan itu semata-mata karena takut dari senjata.” Beliau bersabda, “Mengapa engkau tidak belah saja hatinya hingga engkau dapat mengetahui, apakah ia mengucapkannya karena takut saja atau tidak?” Beliau mengulang-ngulang ucapan tersebut hingga aku berharap seandainya aku masuk Islam hari itu saja.”
.
⏬⏬⏬