Rabu, 30 Januari 2019

Pkl di KUPT dinas Pendidikan pagelaran

Kelas XI AP 1 wali kelas Erwin situmorang Anggi aryani sinar wangi sunda
Kristina parera paneongan sunda
Siti khoiriyah tanjung begelung semendo

Minggu, 27 Januari 2019

Mahram kita

◎» https://t.me/Ittiba_uRasulillah

🍃🌺 *SIAPA SAJAKAH MAHRAM KITA?* 🌺🍃

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan :

Mahram adalah setiap orang yg seorang wanita haram dinikahi olehnya dengan keharaman selamanya, apakah karena kekerabatan, karena susuan atau pernikahan.

Adapun mahram karena kekerabatan, maka jumlah mereka ada tujuh. Allah Ta'ala menyebutkan mereka adalah Firman Nya :

"Diharamkan atas kalian menikahi :
1. Ibu-ibu kalian,
2. Putri-putri kalian,
3. Saudari-saudari kalian,
4. Saudara perempuan ayah kalian (bibi),
5. Saudara perempuan ibu kalian (bibi),
6. Putri-putri saudara laki-laki
7. Dan putri-putri saudara perempuan.
(QS. An-Nisa 23)

Adapun mahram karena sususan Allah Ta'ala berfirman :

"Dan Ibu-ibu kalian yg menyusui kalian, dan saudara-saudara perempuan susuan kalian."
(QS. An-Nisa 23)

Dan telah tetap dari Nabi shallallahu alaihi wasallam :

"Menjadi mahram karena susuan, sebagaimana menjadi mahram karena nasab."

1. Maka ibu susuan,
2. Anak perempuan susuan,
3. Saudara perempuan susan
4. Saudara perempuan ayah susuan,
5. Saudara perempuan ibu susuan,
6. Putrinya saudara laki-laki susuan,
7. Putrinya saudara perempuan susuan, semuanya adalah mahram, karena mereka menjadi mahram karena nasab.
Dan Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :

"Menjadi mahram karena susuan, sebagaimana menjadi mahram karena nasab."

Adapun mahram karena pernikahan, maka ada empat :

1. Isteri-isterinya bapak, walaupun  ke atas (seperti isteri kakek dst),
2. Isteri-isterinya anak laki-laki walaupun ke bawah (seperti isteri cucu laki-laki dst)
3. Ibunya isteri walaupun ke atas (neneknya isteri dst)
4. Putrinya isteri walaupun ke bawah (seperti cucunya isteri dst).

Allah Ta'ala berfirman :

"Dan janganlah kalian menikahi wanita-wanita yg telah dinikahi ayah-ayah kalian, kecuali yg sudah terlanjur di masa lalu. Sesungguhnya hal itu adalah perbuatan keji yg dimurkai Allah dan sangat jelek jalannya.
(QS. An-Nisa 23)

Allah juga berfirman :

"Dan anak-anak tiri kalian yg ada dalam pengasuhan kalian dari isteri-isteri kalian yang kalian telah mencampuri mereka. Jika kalian belum mencampuri mereka maka tidak mengapa, Dan isteri-isteri anak kandung kalian."
(QS. An-Nisa 23)

Maka empat golongan tadi adalah mahram karena pernikahan. Mereka menjadi mahram semata-mata jika terjadi akad nikah.
Kecuali Putrinya isteri walaupun ke bawah. Maka mereka tidak menjadi mahram, kecuali jika ia telah berjimak dengan ibunya. Berdasarkan Firman Allah Ta'ala :
"Dan putri-putri tiri kalian yg ada dalam pengasuhan kalian dari isteri kalian yg kalian telah mencampuri mereka. Maka jika kalian belum mencampuri mereka, maka tidak mengapa atas kalian (menikahi mereka).
(QS. An-Nisa 23)

Maka mereka itu tujuh mahram karena sebab nasab, tujuh mahram karena sebab susuan, dan empat mahram karena sebab pernikahan.

Semua mereka adalah wanita-wanita yg haram dinikahi, karena mereka adalah mahram selamanya, karena sebab nasab, susuan dan pernikahan.

📝 Sumber Silsilah Fatawa Nur ala Ad-Darbi kaset 142

⏩|| Grup Whatsapp Ma'had Ar-Ridhwan Poso

💽||_Join chanel telegram
http://telegram.me/ahlussunnahposo

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

📝 *Diposting ulang hari Senin, 01 Jumadil Awal 1440 H / 07 Januari 2019 M*

🔖 _Media Ittibau Rasulillah:_

🌏 Situs Blog:
https://ittibaurasulillah.blogspot.com

📠 Join Channel telegram:
https://t.me/Ittiba_uRasulillah

📲 Follow Instagram:
http://instagram.com/ittiba_urasulillah

💾 Channel Youtube:
http://bit.ly/Video_Ittiba_uRasulillah

📮 *WhatsApp Ittiba`u Rasulillah*

•┈┈┈┈•◈◉✹❒📚❒✹◉◈•┈┈┈┈•

Jumat, 18 Januari 2019

ORANG BAIK" ITU BANYAK TEMAN, TETAPI "PENYERU KEBAIKAN" AKAN BANYAK MUSUH

*"ORANG BAIK" ITU BANYAK TEMAN,  TETAPI "PENYERU KEBAIKAN" AKAN BANYAK MUSUH*

_Imam Ibnu Qudamah pernah ditanya, *"Apa bedanya Orang Baik (Shalih) dan Penyeru Kebaikan (Mushlih)?"*_

Beliau menjawab:

*الصالح خيره لنفسه والمصلح خيره لنفسه ولغيره.*

_1.Orang Baik (Shalih), melakukan kebaikan untuk dirinya, sedangkan Penyeru Kebaikan (Muslih) mengerjakan kebaikan untuk dirinya dan untuk orang lain._

*الصالح  تحبُه الناس. والمصلح تعاديه الناس .*

_2. Orang Baik, dicintai manusia, Penyeru Kebaikan dimusuhi manusia._

Beliau ditanya lagi oleh muridnya, *"Kenapa demikian?"*

Jawabnya:

*الحبيب المصطفى(صلى الله عليه وسلم) قبل البعثة أحبه قومه  لأنه صالح .*

_Rasulullah sebelum diutus sebagai Rasul, beliau dicintai oleh kaumnya karena beliau adalah orang baik._

*ولكن لما بعثه الله تعالى صار مصلحًا فعادوه وقالوا ساحر كذاب مجنون.*

_Namun ketika Allah ta'ala mengutus nya sebagai Penyeru Kebaikan, kaum nya langsung memusuhinya dengan menggelarinya sebagai Tukang sihir, Pendusta, Gila, dll._

Ibnu Qudamah kemudian menambah kan:
*لأن المصلح يصطدم بصخرة*
*أهواء من يريد أن يصلح من فسادهم*

*_Karena Penyeru Kebaikan 'menyikat' batu besar nafsu angkara dan memperbaikinya dari kerusakan._*

_Itulah sebabnya kenapa Luqman al Hakim menasihati anaknya agar *BERSABAR* ketika melakukan perbaikan, karena dia pasti akan menghadapi permusuhan. Disebutkan dalam Al Quran:_

*يا بني أقم الصلاة وأمر بالمعروف وانهَ عن المنكر واصبر على ما أصابك.*

_"(Lukman berkata) Hai anakku tegakkan shalat, perintahkan kebaikan, laranglah kemungkaran, dan bersabar lah atas apa yang menimpamu."_

*Berkata Ahlul Ilmi:*

*مصلحٌ واحدٌ أحب إلى الله من آلاف الصالحين.*

_"Satu penyeru kebaikan lebih dicintai Allah daripada ribuan orang baik (yang tidak menyerukan kebaikkan)."_

*_Sesungguhnya melalui penyeru kebaikan itulah, Allah menjaga umat ini. Sedang orang baik hanya cukup menjaga dirinya sendiri._*

_Maka marilah kita berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjadi penyeru kebaikkan._

Kamis, 17 Januari 2019

Politik indonesia

*Tulisan dibawah ini bagus utk kita baca dan diketahui, krn bkn utk berpolitik namun mengingatkan kpd kita  agar kita tdk terpengaruh dg situasi saat ini*

_💥Pilpres yg penuh Intrik & Strategi💥._

Prabowo, thn 2009, adl cawapres-nya Megawati.

Fadli Zon, Pilkada DKI 2012, adl jurkam-nya Jokowi-Ahok.

SBY, mantan menterinya Megawati. Maju nyapres bareng JK, didukung Surya Paloh, nantang Megawati.

Pilpres berikutnya, JK nyapres bareng Wiranto melawan SBY-Boediono, didukung Aburizal Bakrie yg skrg lebih akrab dg Prabowo
Anies Baswedan, 2013, adl peserta kandidat capres di konvensi Partai Demokrat.
Di Pilpres 2014, jadi timses Jokowi-JK, dan sempat masuk kabinet sbg menteri pendidikan. Pengritik keras kelompok radikal macam FPI melalui gerakan merajut kebangsaan. Sekarang mendekat ke Prabowo, PKS, dan FPI.

Amien Rais, menentang Megawati jadi presiden, lalu bikin manuver poros tengah naikkan Gus Dur jadi presiden. Eh di tengah jalan, Gus Dur digulingkan, dan menaikkan Megawati jadi presiden.
Periode berikutnya, 2004, Amien Rais nyapres melawan SBY dan Prabowo. Lho sekarang kok gandeng mesra dng Prabowo yg pd jaman reformasi menjadikan Amien Rais sbg target yg hrs di"aman"kan oleh Prabowo.

Ali Muchtar Ngabalin, pilpres 2014 adl "Die-hard" nya Prabowo yg paling sengit menyerang Jokowi. Hari ini, bergelayut manja di pelukan Jokowi.

PKS, gila-gilaan menyerang Prabowo di pilpres 2009 dan pilkada DKI 2012. Sekarang, asoy geboy dng Gerindra.

PDIP & Gerindra pernah mesra sbg oposisi terhadap rezim SBY yg disokong Golkar, PKS dan PAN. Sekarang? Tau sendirilah..😁

,Ahmad Dhani, dulu musuh bebuyutan FPI, sampe bikin lagu "laskar cinta" buat ngejek FPI. Sekarang? 😋

Dan masih banyak lagiii...

Pesannya : dlm politik tak ada Kawan dan Lawan abadi. Yg abadi adl Kepentingan.
Everything is just a game. Karena itu enjoy aja. *Tak perlu memusuhi kawan dan kerabatmu yg berbeda pilihan capresnya.*

_Para elit politik itu bisa gonta-ganti pasangan politik seenak udelnya sendiri, mereka yg tadinya musuh bisa jd kawan atau sebaliknya. Sementara kalian sdh terlanjur memutus persahabatan bahkan persaudaraan demi junjungan politisi kalian yg besok sehabis pilpres sdh kongkow bareng di balik panggung._

*Mereka mendapat kekuasaan, kalian kehilangan persahabatan. Ingatlah, kalo hidupmu susah, yg menolongmu itu bukan para elit politik di atas sana, tapi kawanmu, tetanggamu, dan saudaramu....*
*Semoga bermanfaat...*

*Jadii.. ..sbaiknya kita2 warga negara biasa.. hayuu.. biasa2 saja.. santai saja... tetap jalin persahabatan dan persaudaraan dgn tetangga.. kawan..sahabat aplg saudara kita.. Pilihan boleh beda.... tp jangan korbankan persahabatan dan persaudaraan kita... Salam silaturahim.*
🙏🤝

Minggu, 13 Januari 2019

Siapakah wahhabi?

Siapakah Wahhabi?
oleh
Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc.

Dakwah salafiyyah yang berusaha mengajak umat ini kepada tauhid dan sunnah dicap sebagai Wahhabiyah. Julukan seperti ini diberikan oleh pihak-pihak yang tidak senang dengan dakwah kepada tauhidullah dan sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, tentunya dengan maksud untuk menjauhkan umat darinya.

Selubung Makar di Balik Julukan Wahhabi
Di negeri kita bahkan hampir di seluruh dunia Islam, ada sebuah fenomena ‘timpang’ dan penilaian ‘miring’ terhadap dakwah tauhid yang dilakukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi An-Najdi rahimahullahu[1] .

Julukan Wahhabi pun dimunculkan, tak lain tujuannya adalah untuk menjauhkan umat darinya. Dari manakah julukan itu? Siapa pelopornya? Dan apa rahasia di balik itu semua …?
Para pembaca, dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab merupakan dakwah pembaharuan terhadap agama umat manusia. Pembaharuan, dari syirik menuju tauhid dan dari bid’ah menuju As-Sunnah. Demikianlah misi para pembaharu sejati dari masa ke masa, yang menapak titian jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya. Fenomena ini membuat gelisah musuh-musuh Islam, sehingga berbagai macam cara pun ditempuh demi hancurnya dakwah tauhid yang diemban Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya.

Musuh-musuh tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Di Najd dan sekitarnya:
– Para ulama suu` yang memandang al-haq sebagai kebatilan dan kebatilan sebagai al-haq.
– Orang-orang yang dikenal sebagai ulama namun tidak mengerti tentang hakekat Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan dakwahnya.
– Orang-orang yang takut kehilangan kedudukan dan jabatannya.

(Lihat Tash-hihu Khatha`in Tarikhi Haula Al-Wahhabiyyah , karya Dr. Muhammad bin Sa’ad Asy-Syuwai’ir hal. 90-91, ringkasan keterangan Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz)

2. Di dunia secara umum:
Mereka adalah kaum kafir Eropa; Inggris, Prancis dan lain-lain, Daulah Utsmaniyyah, kaum Shufi, Syi’ah Rafidhah, Hizbiyyun dan pergerakan Islam; Al-Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Al-Qaeda, dan para kaki tangannya.
(Untuk lebih rincinya lihat kajian utama edisi ini/ Musuh-Musuh Dakwah Tauhid)

Bentuk permusuhan mereka beragam. Terkadang dengan fisik (senjata) dan terkadang dengan fitnah, tuduhan dusta, isu negatif dan sejenisnya. Adapun fisik (senjata), maka banyak diperankan oleh Dinasti Utsmani yang bersekongkol dengan barat (baca: kafir Eropa)
-sebelum keruntuhannya-.

Demikian pula Syi’ah Rafidhah dan para hizbiyyun. Sedangkan fitnah, tuduhan dusta, isu negatif dan sejenisnya, banyak dimainkan oleh kafir Eropa melalui para missionarisnya, kaum shufi, dan tak ketinggalan pula Syi’ah Rafidhah dan hizbiyyun. [2] Dan ternyata, memunculkan istilah ‘Wahhabi’ sebagai julukan bagi pengikut dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, merupakan trik sukses mereka untuk menghempaskan kepercayaan umat kepada dakwah tauhid tersebut. Padahal, istilah ‘Wahhabi’ itu sendiri merupakan penisbatan yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab.

Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz berkata: “Penisbatan (Wahhabi -pen) tersebut tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Semestinya bentuk penisbatannya adalah ‘Muhammadiyyah’, karena sang pengemban dan pelaku dakwah tersebut adalah Muhammad, bukan ayahnya yang bernama Abdul Wahhab.” (Lihat Imam wa Amir wa Da’watun Likullil ‘Ushur , hal. 162)

Tak cukup sampai di situ. Fitnah, tuduhan dusta, isu negatif dan sejenisnya menjadi sejoli bagi julukan keji tersebut. Tak ayal, yang lahir adalah ‘potret’ buruk dan keji tentang dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, yang tak sesuai dengan realitanya. Sehingga istilah Wahhabi nyaris menjadi momok dan monster yang mengerikan bagi umat.

Fenomena timpang ini, menuntut kita untuk jeli dalam menerima informasi. Terlebih ketika nara sumbernya adalah orang kafir, munafik, atau ahlul bid’ah. Agar kita tidak dijadikan bulan-bulanan oleh kejamnya informasi orang-orang yang tidak bertanggung jawab itu.
Meluruskan Tuduhan Miring tentang Wahhabi

1. Tuduhan:
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah seorang yang mengaku sebagai Nabi[3] , ingkar terhadap Hadits nabi [4] , merendahkan posisi Nabi, dan tidak mempercayai syafaat beliau.

Bantahan:
– Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah seorang yang sangat mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam . Hal ini terbukti dengan adanya karya tulis beliau tentang sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, baik Mukhtashar Siratir Rasul , Mukhtashar Zadil Ma’ad Fi Hadyi Khairil ‘Ibad atau pun yang terkandung dalam kitab beliau Al-Ushul Ats-Tsalatsah .
– Beliau berkata: “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat -semoga shalawat dan salam-Nya selalu tercurahkan kepada beliau-, namun agamanya tetap kekal. Dan inilah agamanya; yang tidaklah ada kebaikan kecuali pasti beliau tunjukkan kepada umatnya, dan tidak ada kejelekan kecuali pasti beliau peringatkan.

Kebaikan yang telah beliau sampaikan itu adalah tauhid dan segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah subhanahu wata’ala. Sedangkan kejelekan yang beliau peringatkan adalah kesyirikan dan segala sesuatu yang dibenci dan dimurkai Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala mengutus beliau kepada seluruh umat manusia, dan mewajibkan atas tsaqalain; jin dan manusia untuk menaatinya.” ( Al-Ushul Ats-Tsalatsah )

– Beliau juga berkata: “Dan jika kebahagiaan umat terdahulu dan yang akan datang karena mengikuti para Rasul, maka dapatlah diketahui bahwa orang yang paling berbahagia adalah yang paling berilmu tentang ajaran para Rasul dan paling mengikutinya.

Maka dari itu, orang yang paling mengerti tentang sabda para Rasul dan amalan-amalan mereka serta benar-benar mengikutinya, mereka itulah sesungguhnya orang yang paling berbahagia di setiap masa dan tempat. Dan merekalah golongan yang selamat dalam setiap agama. Dan dari umat ini adalah Ahlus Sunnah wal Hadits.” (Ad-Durar As-Saniyyah , 2/21)

– Adapun tentang syafaat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau berkata -dalam suratnya kepada penduduk Qashim-: “Aku beriman dengan syafaat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan beliaulah orang pertama yang bisa memberi syafaat dan juga orang pertama yang diberi syafaat.

Tidaklah mengingkari syafaat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini kecuali ahlul bid’ah lagi sesat.” ( Tash-hihu Khatha`in Tarikhi Haula Al-Wahhabiyyah , hal. 118)

2. Tuduhan : Melecehkan Ahlul Bait
Bantahan:
– Beliau berkata dalam Mukhtashar Minhajis Sunnah: “Ahlul Bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mempunyai hak atas umat ini yang tidak dimiliki oleh selain mereka. Mereka berhak mendapatkan kecintaan dan loyalitas yang lebih besar dari seluruh kaum Quraisy…” (Lihat ‘Aqidah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab As-Salafiyyah , 1/446)

– Di antara bukti kecintaan beliau kepada Ahlul Bait adalah dinamainya putra-putra beliau dengan nama-nama Ahlul Bait: ‘Ali, Hasan, Husain, Ibrahim dan Abdullah.

3. Tuduhan : Bahwa beliau sebagai Khawarij, karena telah memberontak terhadap Daulah ‘Utsmaniyyah. Al-Imam Al-Lakhmi telah berfatwa bahwa Al-Wahhabiyyah adalah salah satu dari kelompok sesat Khawarij ‘Ibadhiyyah, sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-Mu’rib Fi Fatawa Ahlil Maghrib, karya Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi, juz 11.

Bantahan:
– Adapun pernyataan bahwa Asy-Syaikh telah memberontak terhadap Daulah Utsmaniyyah, maka ini sangat keliru. Karena Najd kala itu tidak termasuk wilayah teritorial kekuasaan Daulah Utsmaniyyah[5] . Demikian pula sejarah mencatat bahwa kerajaan Dir’iyyah belum pernah melakukan upaya pemberontakan terhadap Daulah ‘Utsmaniyyah.

Justru merekalah yang berulang kali diserang oleh pasukan Dinasti Utsmani.
Lebih dari itu Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan -dalam kitabnya Al-Ushulus Sittah -: “Prinsip ketiga : Sesungguhnya di antara (faktor penyebab) sempurnanya persatuan umat adalah mendengar lagi taat kepada pemimpin (pemerintah), walaupun pemimpin tersebut seorang budak dari negeri Habasyah.”

Dari sini nampak jelas, bahwa sikap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab terhadap waliyyul amri (penguasa) sesuai dengan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan bukan ajaran Khawarij.

Mengenai fatwa Al-Lakhmi, maka yang dia maksudkan adalah Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum dan kelompoknya, bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya. Hal ini karena tahun wafatnya Al-Lakhmi adalah 478 H, sedangkan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab wafat pada tahun 1206 H /Juni atau Juli 1792 M. Amatlah janggal bila ada orang yang telah wafat, namun berfatwa tentang seseorang yang hidup berabad-abad setelahnya.

Adapun Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum, maka dia meninggal pada tahun 211 H. Sehingga amatlah tepat bila fatwa Al-Lakhmi tertuju kepadanya. Berikutnya, Al-Lakhmi merupakan mufti Andalusia dan Afrika Utara, dan fitnah Wahhabiyyah Rustumiyyah ini terjadi di Afrika Utara. Sementara di masa Al-Lakhmi, hubungan antara Najd dengan Andalusia dan Afrika Utara amatlah jauh.

Sehingga bukti sejarah ini semakin menguatkan bahwa Wahhabiyyah Khawarij yang diperingatkan Al-Lakhmi adalah Wahhabiyyah Rustumiyyah, bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya [6] .
Lebih dari itu, sikap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab terhadapq kelompok Khawarij sangatlah tegas. Beliau berkata -dalam suratnya untuk penduduk Qashim-: “Golongan yang selamat itu adalah kelompok pertengahan antara Qadariyyah dan Jabriyyah dalam perkara taqdir, pertengahan antara Murji`ah dan Wa’idiyyah (Khawarij) dalam perkara ancaman Allah subhanahu wata’ala, pertengahan antara Haruriyyah (Khawarij) dan Mu’tazilah serta antara Murji`ah dan Jahmiyyah dalam perkara iman dan agama, dan pertengahan antara Syi’ah Rafidhah dan Khawarij dalam menyikapi para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Lihat Tash-hihu Khatha`in Tarikhi Haula Al-Wahhabiyyah , hal 117). Dan masih banyak lagi pernyataan tegas beliau tentang kelompok sesat Khawarij ini.

4. Tuduhan : Mengkafirkan kaum muslimin dan menghalalkan darah mereka. [7]
Bantahan:
Ini merupakan tuduhan dusta terhadap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, karena beliau pernah mengatakan: “Kalau kami tidak (berani) mengkafirkan orang yang beribadah kepada berhala yang ada di kubah (kuburan/ makam) Abdul Qadir Jaelani dan yang ada di kuburan Ahmad Al-Badawi dan sejenisnya, dikarenakan kejahilan mereka dan tidak adanya orang yang mengingatkannya.

Bagaimana mungkin kami berani mengkafirkan orang yang tidak melakukan kesyirikan atau seorang muslim yang tidak berhijrah ke tempat kami…?! Maha suci Engkau ya Allah, sungguh ini merupakan kedustaan yang besar.” ( Muhammad bin Abdul Wahhab Mushlihun Mazhlumun Wa Muftara ‘Alaihi , hal. 203)

5. Tuduhan : Wahhabiyyah adalah madzhab baru dan tidak mau menggunakan kitab-kitab empat madzhab besar dalam Islam. [8]

Bantahan:
Hal ini sangat tidak realistis. Karena beliau mengatakan -dalamq suratnya kepada Abdurrahman As-Suwaidi-: “Aku kabarkan kepadamu bahwa aku –alhamdulillah – adalah seorang yang berupaya mengikuti jejak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam , bukan pembawa aqidah baru.

Dan agama yang aku peluk adalah madzhab Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang dianut para ulama kaum muslimin semacam imam yang empat dan para pengikutnya.” (Lihat Tash-hihu Khatha`in Tarikhi Haula Al-Wahhabiyyah , hal. 75)
Beliau juga berkata -dalam suratnya kepada Al-Imam Ash-Shan’ani-:”Perhatikanlah -semoga Allah subhanahu wata’ala merahmatimu- apa yang ada pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, para shahabat sepeninggal beliau dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.

Serta apa yang diyakini para imam panutan dari kalangan ahli hadits dan fiqh, seperti Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal -semoga Allah subhanahu wata’ala meridhai mereka-, supaya engkau bisa mengikuti jalan/ ajaran mereka.” ( Ad-Durar As-Saniyyah 1/136)
Beliau juga berkata: “Menghormati ulama dan memuliakan mereka meskipun terkadang (ulama tersebut) mengalami kekeliruan, dengan tidak menjadikan mereka sekutu bagi Allah
subhanahu wata’ala , merupakan jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah subhanahu wata’ala . Adapun mencemooh perkataan mereka dan tidak memuliakannya, maka ini merupakan jalan orang-orang yang dimurkai Allah
subhanahu wata’ala (Yahudi).” ( Majmu’ah Ar-Rasa`il An-Najdiyyah , 1/11-12. Dinukil dari Al-Iqna’ , karya Asy-Syaikh Muhammad bin Hadi Al-Madkhali, hal.132-133)

6. Tuduhan : Keras dalam berdakwah (inkarul munkar )

Bantahan:
Tuduhan ini sangat tidak beralasan. Karena justru beliaulah orang yang sangat perhatian dalam masalah ini. Sebagaimana nasehat beliau kepada para pengikutnya dari penduduk daerah Sudair yang melakukan dakwah (inkarul munkar ) dengan cara keras. Beliau berkata: “Sesungguhnya sebagian orang yang mengerti agama terkadang jatuh dalam kesalahan (teknis) dalam mengingkari kemungkaran, padahal posisinya di atas kebenaran. Yaitu mengingkari kemungkaran dengan sikap keras, sehingga menimbulkan perpecahan di antara ikhwan… Ahlul ilmi berkata: ‘Seorang yang beramar ma’ruf dan nahi mungkar membutuhkan tiga hal: berilmu tentang apa yang akan dia sampaikan, bersifat belas kasihan ketika beramar ma’ruf dan nahi mungkar, serta bersabar terhadap segala gangguan yang menimpanya.’

Maka kalian harus memahami hal ini dan merealisasikannya. Sesungguhnya kelemahan akan selalu ada pada orang yang mengerti agama, ketika tidak merealisasikannya atau tidak memahaminya. Para ulama juga menyebutkan bahwasanya jika inkarul munkar akan menyebabkan perpecahan, maka tidak boleh dilakukan.

Aku mewanti-wanti kalian agar melaksanakan apa yang telah kusebutkan dan memahaminya dengan sebaik-baiknya. Karena, jika kalian tidak melaksanakannya niscaya perbuatan inkarul munkar kalian akan merusak citra agama. Dan seorang muslim tidaklah berbuat kecuali apa yang membuat baik agama dan dunianya.” (Lihat Muhammad bin Abdul Wahhab, hal. 176)

7. Tuduhan: Muhammad bin Abdul Wahhab itu bukanlah seorang yang berilmu. Dia belum pernah belajar dari para syaikh, dan mungkin saja ilmunya dari setan! [9]

Jawaban:
Pernyataan ini menunjukkan butanya tentang biografi Asy-Syaikh, atauq pura-pura buta dalam rangka penipuan intelektual terhadap umat.
Bila ditengok sejarahnya, ternyata beliau sudah hafal Al-Qur`an sebelum berusia 10 tahun. Belum genap 12 tahun dari usianya, sudah ditunjuk sebagai imam shalat berjamaah. Dan pada usia 20 tahun sudah dikenal mempunyai banyak ilmu.

Setelah itu rihlah (pergi) menuntut ilmu ke Makkah, Madinah, Bashrah, Ahsa`, Bashrah (yang kedua kalinya), Zubair, kemudian kembali ke Makkah dan Madinah. Gurunya pun banyak, [10] di antaranya adalah:
Di Najd: Asy-Syaikh Abdul Wahhab bin Sulaiman[11] dan Asy-Syaikh Ibrahim bin Sulaiman.[12]
Di Makkah: Asy-Syaikh Abdullah bin Salim bin Muhammad Al-Bashri Al-Makki Asy-Syafi’i. [13]
Di Madinah: Asy-Syaikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif. [14] Asy-Syaikh Muhammad Hayat bin Ibrahim As-Sindi Al-Madani,
[15] Asy-Syaikh Isma’il bin Muhammad Al-Ajluni Asy-Syafi’i,
[16] Asy-Syaikh ‘Ali Afandi bin Shadiq Al-Hanafi Ad-Daghistani,
[17] Asy-Syaikh Abdul Karim Afandi, Asy-Syaikh Muhammad Al Burhani, dan Asy-Syaikh ‘Utsman Ad-Diyarbakri.
Di Bashrah: Asy-Syaikh Muhammad Al-Majmu’i. [18]
Di Ahsa`: Asy-Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdul Lathif Asy-Syafi’i.

8. Tuduhan: Tidak menghormati para wali Allah, dan hobinya menghancurkan kubah/ bangunan yang dibangun di atas makam mereka.

Jawaban:
Pernyataan bahwa Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidak menghormati para wali Allah subhanahu wata’ala, merupakan tuduhan dusta. Beliau berkata -dalam suratnya kepada penduduk Qashim-: “Aku menetapkan (meyakini) adanya karamah dan keluarbiasaan yang ada pada para wali Allah subhanahu wata’ala , hanya saja mereka tidak berhak diibadahi dan tidak berhak pula untuk diminta dari mereka sesuatu yang tidak dimampu kecuali oleh Allah subhanahu wata’ala .” [19]
Adapun penghancuran kubah/bangunan yang dibangun di atas makam mereka, maka beliau mengakuinya -sebagaimana dalam suratnya kepada para ulama Makkah-.
[20] Namun hal itu sangat beralasan sekali, karena kubah/ bangunan tersebut telah dijadikan sebagai tempat berdoa, berkurban dan bernadzar kepada selain Allah subhanahu wata’ala .

Sementara Asy-Syaikh sudah mendakwahi mereka dengan segala cara, dan beliau punya kekuatan (bersama
waliyyul amri ) untuk melakukannya, baik ketika masih di ‘Uyainah ataupun di Dir’iyyah.
Hal ini pun telah difatwakan oleh para ulama dari empat madzhab. Sebagaimana telah difatwakan oleh sekelompok ulama madzhab Syafi’i seperti Ibnul Jummaizi, Azh-Zhahir At-Tazmanti dll, seputar penghancuran bangunan yang ada di pekuburan Al-Qarrafah Mesir. Al-Imam Asy-Syafi’i sendiri berkata: “Aku tidak menyukai (yakni mengharamkan) pengagungan terhadap makhluk, sampai pada tingkatan makamnya dijadikan sebagai masjid.” Al-Imam An-Nawawi dalam Syarhul Muhadzdzab dan Syarh Muslim mengharamkam secara mutlak segala bentuk bangunan di atas makam.

Adapun Al-Imam Malik, maka beliau juga mengharamkannya, sebagaimana yang dinukilkan oleh Ibnu Rusyd. Sedangkan Al-Imam Az-Zaila’i (madzhab Hanafi) dalam Syarh Al-Kanz mengatakan: “Diharamkan mendirikan bangunan di atas makam.” Dan juga Al-Imam Ibnul Qayyim (madzhab Hanbali) mengatakan: “Penghancuran kubah/ bangunan yang dibangun di atas kubur hukumnya wajib, karena ia dibangun di atas kemaksiatan kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Lihat Fathul Majid Syarh Kitabit Tauhid karya Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alusy-Syaikh, hal.284-286)

Para pembaca, demikianlah bantahan ringkas terhadap beberapa tuduhan miring yang ditujukan kepada Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.

Untuk mengetahui bantahan atas tuduhan-tuduhan miring lainnya, silahkan baca karya-karya tulis Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, kemudian buku-buku para ulama lainnya seperti:
o Ad-Durar As-Saniyyah fil Ajwibah An-Najdiyyah , disusun oleh Abdurrahman bin Qasim An-Najdi
o Shiyanatul Insan ‘An Waswasah Asy-Syaikh Dahlan, karya Al-‘Allamah Muhammad Basyir As-Sahsawani Al-Hindi.
o Raddu Auham Abi Zahrah , karya Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, demikian pula buku bantahan beliau terhadap Abdul Karim Al-Khathib.
o Muhammad bin Abdul Wahhab Mushlihun Mazhlumun Wa Muftara ‘Alaihi , karya Al-Ustadz Mas’ud An-Nadwi.
o ‘Aqidah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab As Salafiyyah , karya Dr. Shalih bin Abdullah Al-’Ubud.
o Da’watu Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Bainal Mu’aridhin wal Munshifin wal Mu`ayyidin , karya Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, dsb.
Barakah Dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
Dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab merupakan dakwah yang penuh barakah. Buahnya pun bisa dirasakan hampir di setiap penjuru dunia Islam, bahkan di dunia secara keseluruhan.
Di Jazirah Arabia [21]
Di Jazirah Arabia sendiri, pengaruhnya luar biasa. Berkat dakwah tauhid ini mereka bersatu yang sebelumnya berpecah belah. Mereka mengenal tauhid, ilmu dan ibadah yang sebelumnya tenggelam dalam penyimpangan, kebodohan dan kemaksiatan.

Dakwah tauhid juga mempunyai peran besar dalam perbaikan akhlak dan muamalah yang membawa dampak positif bagi Islam itu sendiri dan bagi kaum muslimin, baik dalam urusan agama ataupun urusan dunia mereka. Berkat dakwah tauhid pula tegaklah Daulah Islamiyyah (di Jazirah Arabia) yang cukup kuat dan disegani musuh, serta mampu menyatukan negeri-negeri yang selama ini berseteru di bawah satu bendera.

Kekuasaan Daulah ini membentang dari Laut Merah (barat) hingga Teluk Arab (timur), dan dari Syam (utara) hingga Yaman (selatan), daulah ini dikenal dalam sejarah dengan sebutan Daulah Su’udiyyah I. Pada tahun 1233 H/1818 M daulah ini diporak-porandakan oleh pasukan Dinasti Utsmani yang dipimpin Muhammad ‘Ali Basya.

Pada tahun 1238 H/1823 M berdiri kembali Daulah Su’udiyyah II yang diprakarsai oleh Al-Imam Al-Mujahid Turki bin Abdullah bin Muhammad bin Su’ud, dan runtuh pada tahun 1309 H/1891 M. Kemudian pada tahun 1319 H/1901 M berdiri kembali Daulah Su’udiyyah III yang diprakarsai oleh Al-Imam Al-Mujahid Abdul ‘Aziz bin Abdurrahman bin Faishal bin Turki Alu Su’ud.

Daulah Su’udiyyah III ini kemudian dikenal dengan nama Al-Mamlakah Al-’Arabiyyah As-Su’udiyyah , yang dalam bahasa kita biasa disebut Kerajaan Saudi Arabia. Ketiga daulah ini merupakan daulah percontohan di masa ini dalam hal tauhid, penerapan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan syariat Islam, keamanan, kesejahteraan dan perhatian terhadap urusan kaum muslimin dunia (terkhusus Daulah Su’udiyyah III). Untuk mengetahui lebih jauh tentang perannya, lihatlah kajian utama edisi ini/ Barakah Dakwah Tauhid .
Di Dunia Islam [22]
Dakwah tauhid Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab merambah dunia Islam, yang terwakili pada Benua Asia dan Afrika, barakah Allah subhanahu wata’ala pun menyelimutinya.

Di Benua Asia dakwah tersebar di Yaman, Qatar, Bahrain, beberapa wilayah Oman, India, Pakistan dan sekitarnya, Indonesia, Turkistan, dan Cina. Adapun di Benua Afrika, dakwah Tauhid tersebar di Mesir, Libya, Al-Jazair, Sudan, dan Afrika Barat. Dan hingga saat ini dakwah terus berkembang ke penjuru dunia, bahkan merambah pusat kekafiran Amerika dan Eropa.

Pujian Ulama Dunia terhadap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan Dakwah Beliau
Pujian ulama dunia terhadap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan dakwahnya amatlah banyak. Namun karena terbatasnya ruang rubrik, cukuplah disebutkan sebagiannya saja. [23]

1. Al-Imam Ash-Shan’ani (Yaman).
Beliau kirimkan dari Shan’a bait-bait pujian untuk Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan dakwahnya. Bait syair yang diawali dengan:
Salamku untuk Najd dan siapa saja yang tinggal sana
Walaupun salamku dari kejauhan belum mencukupinya

2. Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullahu (Yaman). Ketika mendengar wafatnya Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, beliau layangkan bait-bait pujian terhadap Asy-Syaikh dan dakwahnya. Di antaranya:
Telah wafat tonggak ilmu dan pusat kemuliaan
Referensi utama para pahlawan dan orang-orang mulia
Dengan wafatnya, nyaris wafat pula ilmu-ilmu agama
Wajah kebenaran pun nyaris lenyap ditelan derasnya arus sungai

3. Muhammad Hamid Al-Fiqi (Mesir). Beliau berkata: “Sesungguhnya amalan dan usaha yang beliau lakukan adalah untuk menghidupkan kembali semangat beramal dengan agama yang benar dan mengembalikan umat manusia kepada apa yang telah ditetapkan dalam Al-Qur`an…. dan apa yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, serta apa yang diyakini para shahabat, para tabi’in dan para imam yang terbimbing.”

4. Dr. Taqiyuddin Al-Hilali (Irak). Beliau berkata: “Tidak asing lagi bahwa Al-Imam Ar-Rabbani Al-Awwab Muhammad bin Abdul Wahhab, benar-benar telah menegakkan dakwah tauhid yang lurus. Memperbaharui (kehidupan umat manusia) seperti di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya. Dan mendirikan daulah yang mengingatkan umat manusia kepada daulah di masa Al-Khulafa` Ar-Rasyidin.”

5. Asy-Syaikh Mulla ‘Umran bin ‘Ali Ridhwan (Linjah, Iran). Beliau -ketika dicap sebagai Wahhabi- berkata:
Jikalau mengikuti Ahmad dicap sebagai Wahhabi
Maka kutegaskan bahwa aku adalah Wahhabi
Kubasmi segala kesyirikan dan tiadalah ada bagiku
Rabb selain Allah Dzat Yang Maha Tunggal lagi Maha Pemberi

6. Asy-Syaikh Ahmad bin Hajar Al-Buthami (Qatar). Beliau berkata: “Sesungguhnya Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab An-Najdi adalah seorang da’i tauhid, yang tergolong sebagai pembaharu yang adil dan pembenah yang ikhlas bagi agama umat.”

7. Al ‘Allamah Muhammad Basyir As-Sahsawani (India). Kitab beliau Shiyanatul Insan ‘An Waswasah Asy-Syaikh Dahlan , sarat akan pujian dan pembelaan terhadap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan dakwahnya.

8. Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani (Syam). Beliau berkata: “Dari apa yang telah lalu, nampaklah kedengkian yang sangat, kebencian durjana, dan tuduhan keji dari para penjahat (intelektual) terhadap Al-Imam Al Mujaddid Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab -semoga Allah
subhanahu wata’ala merahmatinya dan mengaruniainya pahala-, yang telah mengeluarkan manusia dari gelapnya kesyirikan menuju cahaya tauhid yang murni…”

9. Ulama Saudi Arabia. Tak terhitung banyaknya pujian mereka terhadap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan dakwahnya, turun-temurun sejak Asy-Syaikh masih hidup hingga hari ini.

Penutup
Akhir kata, demikianlah sajian kami seputar Wahhabi yang menjadi momok di Indonesia pada khususnya dan di dunia Islam pada umumnya. Semoga sajian ini dapat menjadi penerang di tengah gelapnya permasalahan, dan pembuka cakrawala berfikir untuk tidak berbicara dan menilai kecuali di atas pijakan ilmu.

Wallahu a’lam bish-shawab .

Sumber : http://asysyariah.com/siapakah-wahabi/
[1] Biografi beliau bisa dilihat pada Majalah Asy Syari’ah, edisi 21, hal. 71.
[2] Untuk lebih rincinya lihat kajian utama edisi ini/ Musuh-musuh Dakwah Tauhid.
[3] Sebagaimana yang dinyatakan Ahmad Abdullah Al-Haddad Baa ‘Alwi dalam kitabnya Mishbahul Anam , hal. 5-6 dan Ahmad Zaini Dahlan dalam dua kitabnya Ad-Durar As-Saniyyah Firraddi ‘alal Wahhabiyyah , hal. 46 dan Khulashatul Kalam, hal. 228-261.
[4] Sebagaimana dalam Mishbahul Anam .
[5] Sebagaimana yang diterangkan pada kajian utama edisi ini/ Hubungan Najd dengan Daulah Utsmaniyyah .
[6] Untuk lebih rincinya bacalah kitab Tash-hihu Khatha`in Tarikhi Haula Al-Wahhabiyyah , karya Dr. Muhammad bin Sa’ad Asy-Syuwai’ir.
[7] Sebagaimana yang dinyatakan Ibnu ‘Abidin Asy-Syami dalam kitabnya Raddul Muhtar, 3/3009.
[8] Termaktub dalam risalah Sulaiman bin Suhaim.
[9] Tuduhan Sulaiman bin Muhammad bin Suhaim, Qadhi Manfuhah.
[10] Lihat ‘Aqidah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab As-Salafiyyah , 1/143-171.
[11] Ayah beliau, dan seorang ulama Najd yang terpandang di masanya dan hakim di ‘Uyainah.
[12] Paman beliau, dan sebagai hakim negeri Usyaiqir.
[13] Hafizh negeri Hijaz di masanya.
[14] Seorang faqih terpandang, murid para ulama Madinah sekaligus murid Abul Mawahib (ulama besar negeri Syam). Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mendapatkan ijazah dari guru beliau ini untuk meriwayatkan, mempelajari dan mengajarkan Shahih Al-Bukhari dengan sanadnya sampai kepada Al-Imam Al-Bukhari serta syarah-syarahnya,
Shahih Muslim serta syarah-syarahnya, Sunan At-Tirmidzi dengan sanadnya, Sunan Abi Dawud dengan sanadnya,
Sunan Ibnu Majah dengan sanadnya, Sunan An-Nasa‘i Al-Kubra dengan sanadnya, Sunan Ad-Darimi dan semua karya tulis Al-Imam Ad-Darimi dengan sanadnya, Silsilah Al-‘Arabiyyah dengan sanadnya dari Abul Aswad dari ‘Ali bin Abi Thalib, semua buku Al-Imam An-Nawawi, Alfiyah Al-’Iraqi,
At-Targhib Wat Tarhib, Al-Khulashah karya Ibnu Malik, Sirah Ibnu Hisyam dan seluruh karya tulis Ibnu Hisyam, semua karya tulis Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani, buku-buku Al-Qadhi ‘Iyadh, buku-buku qira’at, kitab Al-Qamus dengan sanadnya, Musnad Al-Imam Asy-Syafi’i , Muwaththa’ Al-Imam Malik , Musnad Al-Imam Ahmad , Mu’jam Ath-Thabrani , buku-buku As-Suyuthi dsb.
[15] Ulama besar Madinah di masanya.
[16] Penulis kitab Kasyful Khafa‘ Wa Muzilul Ilbas ‘Amma Isytahara ‘Ala Alsinatin Nas.
[17] Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab bertemu dengannya di kota Madinah dan mendapatkan ijazah darinya seperti yang didapat dari Asy-Syaikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif.
[18] Ulama terkemuka daerah Majmu’ah, Bashrah.
[19] Lihat Tash-hihu Khatha`in Tarikhi Haula Al Wahhabiyyah , hal. 119
[20] Ibid, hal. 76.
[21] Diringkas dari Haqiqatu Da’wah Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab wa Atsaruha Fil ‘Alamil Islami, karya Dr. Muhammad bin Abdullah As-Salman, yang dimuat dalam
Majallah Al-Buhuts Al-Islamiyyah edisi. 21, hal. 140-145.
[22] Diringkas dari Haqiqatu Da’wah Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab wa Atsaruha Fil ‘Alamil Islami, karya Dr. Muhammad bin Abdullah As Salman, yang dimuat dalam
Majallah Al-Buhuts Al-Islamiyyah edisi. 21, hal.146-149.
[23] Untuk mengetahui lebih luas, lihatlah kitab Da’watu Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab Bainal Mu’aridhin wal Munshifin wal Mu`ayyidin , hal. 82-90, dan ‘Aqidah Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab As-Salafiyyah , 2/371-474.