Jumat, 15 Maret 2019

Bolehnya bersikap keras

🔥 BENARKAH SIKAP "KERAS" DALAM MEMBANTAH KESALAHAN TIDAK TEPAT LAGI DI MASA INI?! 🔥

🎙 Al-Imam al-Allamah Rabi' bin Hadi hafizhahullah

🛑 Penanya: Apakah benar apa yang dikatakan oleh sebagian orang bahwa sebab keras dalam bantahan-bantahan para salaf terhadap ahli bid'ah adalah karena tersebarnya as-Sunnah di masa itu?

✅ Asy-Syaikh Rabi': Sebab kerasnya mereka karena tersebarnya as-Sunnah? Apa maksud dari ucapan ini?

🛑 Penanya: Maksudnya kita tidak boleh bersikap keras terhadap ahli bid'ah sekarang ini karena sedikitnya pengamalan as-Sunnah.

✅ Asy-Syaikh Rabi': Jadi karena sedikitnya pengamalan as-Sunnah berarti kita mati dan kita mematikan dakwah salafiyyah?! Kita ini sekarang justru butuh untuk lebih keras lagi dibandingkan awal. Di masa awal (Islam) ahli bid'ah sedikit sehingga tidak membahayakan. Tetapi sekarang manusia semuanya ahli bid'ah kecuali sedikit. Maka harus ada penjelasan, kitalah yang menjelaskan.

Mereka menyebut keras orang yang bangkit menjelaskan kebenaran, sebagaimana mereka mensifati Ahmad bin Hanbal, Ibnu Taimiyyah, dan Ibnu Abdil Wahhab sebagai orang-orang yang keras. Karena mereka (ahli bid'ah) tidak memiliki senjata, mereka kehilangan senjata untuk menghadapi Ahlus Sunnah, sehingga mereka menyebut Ahlus Sunnah sebagai orang-orang yang keras.

Mana kerasnya? Sikap keras justru ada pada mereka sendiri. Coba baca kitab-kitab mereka dan dengarkan kaset-kaset mereka dan perhatikan sikap-sikap mereka, engkau akan melihat bagaimana mereka bersikap keras demi membela kebatilan mereka dan demi memerangi Ahlus Sunnah. Perhatikan bagaimana mereka suka mencela, berdusta, memfitnah, berbuat licik, dan seterusnya. Jadi ibaratnya seperti lempar batu sembunyi tangan.

Dahulu ahli bid'ah suka mencela dan mencaci-maki Ahlus Sunnah demi membela kebatilan, namun tidak ada suara-suara yang mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang keras.

Kitab-kitab (Muhammad) al-Ghazali dan al-Maududi serta orang-orang yang semisal dengan mereka penuh dengan celaan, cacian, ejekan, olok-olokan, dan sikap ekstrim, namun tidak ada seorangpun mengatakan bahwa mereka itu keras.

Tetapi tatkala Ahlus Sunnah bangkit membela kebenaran, baru mereka (ahli bid'ah) mengatakan bahwa Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang keras. Sekarang ini mereka bersandiwara (memutarbalikkan fakta) karena mereka tidak mendapatkan senjata apapun untuk melawan orang-orang yang berpegang teguh dengan kebenaran, sehingga mereka menggunakan cara-cara semacam ini (melemparkan tuduhan keras kepada Ahlus Sunnah).

Bagaimanapun keadaannya sikap hikmah itu dibutuhkan dan sikap keras itu juga dibutuhkan, dan masing-masing sesuai dengan tempatnya. Dan Allah yang mengatakan kepada Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam dan mewasiatkan kepada beliau agar menjalankan hukum Allah dan mewasiatkan agar bersabar, Dia berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ ۚ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ.

"Wahai Nabi, berjihadlah melawan orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka, dan tempat kembali mereka adalah Jahannam." (At-Taubah: 73)

Allah juga memerintahkan kepada beliau agar menghunuskan pedang kepada orang-orang kafir. Apakah yang seperti ini bukan sikap keras?!

Beliau juga merajam orang-orang yang berzina yang telah menikah dan mencambuk yang lainnya.

Beliau juga mengatakan:

وَاللهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا.

"Demi Allah, seandainya Fathimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku sendiri yang akan memotong tangannya."

(Al-Bukhari no. 3475 dan Muslim no. 1688)

Ini merupakan sikap keras, tetapi dibutuhkan dan terpuji pada tempatnya. Jadi sikap keras tidaklah tercela secara mutlak, demikian juga sikap tenang dan lembut tidaklah terpuji secara mutlak. Jadi masing-masing sesuai dengan tempatnya, dan setiap medan ada ahlinya sebagaimana disebutkan dalam peribahasa.

📼 Kaset berjudul "Taqwallah wa ash-Shidq"

https://t.me/jujurlahselamanya/932

Tidak ada komentar:

Posting Komentar