📖 اتباع السنة 📚
🌍 https://t.me/ittibau
*KAJIAN UTAMA*
❌🔥 *MERENUNGI RENTETAN PERISTIWA DI IAIN* ⛔❌
✍🏻 *Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc حفظه الله*
Sungguh memilukan, *hati terasa tersayat-sayat, kalbu serasa berontak, dan emosi meluap,* saat mendengar, membaca, bahkan melihat berbagai kejadian yang amat memukul, *terjadi di berbagai instansi berlabel Islam,* entah itu institut, sekolah tinggi, atau universitas Islam.
Tercatat sebuah perubahan besar dalam sejarah IAIN¹, *dengan munculnya Harun Nasution²* yang menawarkan berbagai perubahan dengan *mengusung slogan “Islam Rasional”.* Bukunya yang kontroversial, *_Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya,_* dikukuhkan oleh Departemen Agama RI— berdasarkan rapat rektor IAIN se-Indonesia pada bulan Agustus 1973 di Ciumbuleuit Bandung— *sebagai buku wajib bagi setiap mahasiswa IAIN,* apa pun fakultas dan jurusannya. Kala itu, buku ini mendapat tantangan dan reaksi yang sangat keras dan tajam dari Prof. Dr. H.M. Rasjidi—Menteri Agama RI pertama—. *Beliau khawatir akan pengaruh buku tersebut bagi angkatan muda Islam,* karena menurutnya:
“Karangan Dr. Harun Nasution yang diwajibkan untuk dipelajari mahasiswa IAIN *adalah buku yang penuh fikiran kaum orientalis yang beragama Kristen.*
*I. Pernyataan bahwa Tuhan tidak perlu ditakuti tetapi dicintai,* adalah kata Kristen.
*II. Agama monotheisme adalah Islam, Yahudi, Kristen (Protestan dan Katolik), dan Hindu;* adalah fikiran _comparative religious_ yang ditimbulkan oleh orang-orang yang mengaku berdasar ilmiah dengan tidak berguna sedikitpun.
*III. Orang-orang yang kotor tidak akan diterima kembali ke sisi yang Mahasuci,* adalah ekspresi Kristen, pengaruh dari Neo Platonisme dan Gnosticisme.”³, demikian ungkapnya.
*Dari UIN Syarif Hidatullah Jakarta, tercetak tokoh-tokoh liberal* yang bertitel tinggi, siap mengerahkan kemampuannya untuk *menjunjung tinggi panji-panji liberalisme dalam beragama,* semacam *Azyumardi Azra, Kautsar Azhari Noer, Komarudin Hidayat, Abdul Muqsith Ghozali, Siti Musdah Mulia,* dan sederet nama lainnya.
*❌Dari IAIN Sunan Gunung Djati (kini UIN Sunan Gunung Djati, red.) Bandung,* _meledak kejadian yang sangat menghebohkan. Diperankan oleh anak-anak muda berpenampilan mirip berandalan, berambut panjang dengan mulut yang tersumbat rokok, dan berjalan sombong, *mengajak mahasiswa baru untuk berzikir dengan mengucapkan*_ *“anjing-hu akbar.”* Tiada rasa takut dan tiada rasa malu. *Ucapan kekafiran itu bahkan ia keluarkan dengan penuh kecongkakan.*
_Terdengar pula sebelumnya suara sambutan dari yang lain,_ *_“Selamat bergabung di area bebas tuhan_* ❗” Suara ingkar atas kekuasaan Allah سبحانه وتعالى itu pun terdengar oleh para mahasiswa baru yang dia sambut. *Menyusul pula berikutnya teriakan “…Tuhan yang takut kepada akal manusia… Tuhan pengecut,”* bersama kata-kata ingkar dan kekafiran yang lain saling menyahut. Seolah kekafiran yang dilombakan untuk diperebutkan oleh anak-anak muda mirip berandal tersebut. *_Subhanallah,_ hanya kepada-Mu kami mengadu.*
*❌Dari IAIN Walisongo Semarang, terbit sebuah jurnal yang kemudian dibukukan.* Judulnya, *_Indahnya Kawin Sesama Jenis._* Tanpa sopan santun dan rasa malu, *penulisnya mengajak untuk melegalkan perkawinan sesama lesbian dan sesama gay, disertai dengan arogansi penghinaan terhadap Nabiyullah Luth عليه السلام* serta sikap membabi buta dalam mengingkari ayat dan kandungannya.
*❌Tersentak pula jiwa ini ketika membaca bahwa IAIN Sunan Kalijaga (kini UIN Sunan Kalijaga, _red._) Yogyakarta telah meluluskan sebuah tesis dengan judul _Menggugat Otentisitas Wahyu Tuhan._* Tanpa menyadari kadar dirinya dan menyadari kebesaran Rabbnya sekaligus kalam-Nya, *penulis tesis itu menggoreskan tinta penanya untuk menggugat wahyu ilahi.* Apa lagi yang tersisa dari agama ini bila wahyu telah dilancangi❓❗
*❌Terdengar dari IAIN Sunan Ampel Surabaya, seorang dosen mencoreng kesucian wahyu.* Dengan penuh “keberanian” terhadap Penciptanya, *ia tuliskan lafadz Allah سبحانه وتعالى dalam secarik kertas lalu menginjak-injaknya, sembari menunjukkan penghinaan.*
*_Hasbunallah wa ni’mal wakil._* Saya menarik nafas panjang-panjang *dengan pikiran yang penuh gundah gulana.* Tak habis pikir. Duduk termenung sambil bertanya-tanya, *“Sejauh inikah kerusakan*❓Siapa yang bertanggung jawab atas semua ini…❓”
Menggelayut dalam pikiran saya, *“Apa yang mesti saya perbuat*❓” *“Ingin hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai,”* itulah ungkapan yang tepat untuk apa yang tersimpan dalam dada ini.
Namun saya harus berbuat sebatas kemampuan yang ada, walau sekadar kritik yang membangun. *Kaum muslimin sendiri juga harus berbuat.* Semuanya itu tidak boleh dibiarkan bergulir, menggelinding bagai bola salju, *yang pada akhirnya anak-anak kaum muslimin menjadi korbannya.4*
_Wallahul musta’an._
*Catatan Kaki:*
1) Istilah IAIN sebenarnya hanya mewakili dari keseluruhan *Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) yang meliputi PTAIN (STAIN, IAIN, dan UIN), PTAIS, dan Fakultas Agama Islam (FAI) di PT umum.* Penggunaan istilah ini hanya untuk memudahkan, namun juga tidak untuk menggeneralisasi.
2) Mantan Rektor (1973—1984) dan Dekan Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. *Ia memperoleh gelar MA dan Doktor dari Institute of Islamic Studies McGill University, Montreal, Kanada.* Gelar doktornya ia peroleh pada tahun 1968.
3) http://www.scribd.com/doc/5485468/TOKOH-JIL-HARUN-NASUTION
*4) Catatan:* mayoritas penukilan yang sifatnya data dalam artikel ini dan yang setelahnya *diambil dari buku 50 Tokoh Islam Liberal Indonesia dan kata pengantarnya.*
🌏📕 *Sumber* ||
https://t.me/salafymedia/4332
🌏📕 *Sumber* ||
https://asysyariah.com/merenungi-rentetan-peristiwa-di-iain/
🌏📕 *Sumber* ||
Majalah Asy Syariah Edisi 63
Tidak ada komentar:
Posting Komentar