Senin, 28 September 2015

Jangan takut kehilangan sesuatu karena Allah

Jangan takut kehilangan sesuatu demi meraih ridho Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ﺇِﻧَّﻚَ ﻟَﻦْ ﺗَﺪَﻉَ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻟﻠﻪِ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ ﺇِﻻَّ ﺑَﺪَّﻟَﻚَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻪِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻟَﻚَ ﻣِﻨْﻪُ

“Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah ‘Azza wa Jalla, kecuali Allah akan menggantikannya bagimu dengan yang lebih baik bagimu” (HR Ahmad no 23074)
Meninggalkan Sesuatu Karena Allah
Tidak diragukan lagi, bahwa Hawa Nafsu memiliki peran layaknya penguasa bagi jiwa dan pengendali bagi hati. Karenanya, membebaskan jiwa dari kungkungan hawa nafsu amatlah berat. Akan tetapi, barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupkannya. Barangsiapa yang meminta pertolongan kepada-Nya maka niscaya Allah akan menolongnya.
Ikhlas Kuncinya
Seorang hamba akan menemui kesulitan untuk meninggalkan apa-apa yang diinginkan hawa nafsunya manakala hal tersebut dilakukan dengan niat karena selain Allah Azza WaJalla .
Adapun ketika seorang hamba meninggalkannya dengan niat yang ikhlas karena Allah semata, maka niscaya dia tidak akan menemukan kesulitan yang berarti kecuali pada kali pertama saja, sebagai cobaan terhadap apa yang diusahakannya. Seorang yang bersabar untuk menahan nafsunya sesaat niscaya dia akan mendapatkan kelezatan yang hakiki.
Mendapatkan Ganti Yang Lebih Baik
Manakala keinginan jiwa terhadap perkara-perkara yang diharamkan begitu besar, hasrat untuk memenuhi panggilan nafsu tersebut begitu kuat, ditambah dengan banyaknya sarana untuk melakukannya, maka semakin besar pula ganjaran yang Allah sediakan bagi mereka yang mampu untuk meninggalkannya. Allah lipat gandakan pahala bagi mereka yang ber-mujahadah untuk melepaskan jiwa dari kungkungan syahwatnya.
Ketahuilah sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah maka niscaya Dia akan menggantikannya dengan yang lebih baik. Ganti yang akan Allah berikan bermacam-macam. Ganti yang paling utama adalah kebahagiaan bersama Allah, kecintaan, dan ketenangan hati tatkala mengingat Nya. Selain itu, Allah pun akan mengganti dengan bertambahnya kekuatan, semangat, dan harapan yang tinggi akan keridhaan kepada-Nya saja. Iapun akan mendapatkan ganjaran dan kebaikan dalam kehidupan dunia, serta apa yang telah Allah siapkan untuknya di akhirat kelak.
Beberapa Contoh
Berikut ini beberapa contoh, barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah maka Allah berikan ganti yang jauh lebih baik :
Barangsiapa yang meninggalkan perbuatan meminta kepada dukun dan tukang sihir, maka Allah akan menganugrahkan kesabaran dan kejujuran dalam tawakkal serta terealisasinya tauhid yang murni dalam dirinya hanya kepada Allah semata.
Barangsiapa yang meninggalkan dunia dan kesibukannya yang melalaikan, Allah akan menyatukan semua urusannya, Allah jadikan kekayaan ada di dalam hatinya dan dunia datang kepadanya dalam keadaan dunia itu hina dihadapannya.
Barangsiapa yang meninggalkan teman yang buruk, yang ia sangka temannya itu dapat memberikan kegembiraan atau kesenangan berhadap dirinya, maka Allah gantikan baginya teman-teman yang baik, teman yang akan setia bersamanya dalam keadaan sulit dan senang.
Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan walaupun dia adalah pihak benar, niscaya Allah gantikan untuknya sebuah rumah di tepi surga. Allah selamatkan dia dari segala pertikaian, terpelihara kebersihan hatinya dan ditutup segala aibnya.
Barangsiapa yang meninggalkan sifat curang dalam jual beli, Allah akan tambahkan kepercayan manusia kepada dirinya. Manusia pun ridha terhadap barang perniagaannya.
Barangsiapa yang meninggalkan riba dan pekerjaan yang buruk, niscaya Allah akan memberikan keberkahan dalam rizkinya dan Allah akan membukakan baginya pintu-pintu kebaikan dan keberkahan.
Barangsiapa yang meninggalkan dari melihat hal-hal yang diharamkan Allah, maka Allah akan gantikan untuknya firasat yang kuat, cahaya yang bersinar di dalam hatinya dan ketentraman jiwa.
Barangsiapa yang meninggalkan sifat takabur (sombong) dan senantiasa menghiasi dirinya dengan sifat tawadhu ’, maka Allah sempurnakan kedudukannya dan tinggikan derajatnya. Rasulullah Shalallahu‘alaihi Wassalam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: “ Barangsiapa yang bersikap tawadhu’ karena Allah, maka Dia akan mengangkatnya di hadapan manusia ”.
Barangsiapa yang meninggalkan lezatnya tidur di malam hari, dia bangkit untuk menunaikan sholat malam karena Allah Azza Wa Jalla, maka Allah akan gantikan untuknya kegembiraan, semangat dan kebahagiaan di pagi harinya.
Barangsiapa bertekad yang meninggalkan rokok, minuman yang memabukkan dan obat-obatan terlarang, maka Allah akan menolongnya untuk meninggalkan semua itu. Allah gantikan untuknya dengan kesehatan dan kebahagiaan yang hakiki, bukan kebahagiaan atau kesenangan yang semu dari perkara yang terlarang tersebut.
Barangsiapa yang meninggalkan membalas dendam dalam keadaan dia mampu untuk melakukannya, maka Allah akan gantikan untuknya kelapangan dada dan kedamaian dalam hati. Karena sesungguhnya dalam pemberian maaf ada kedamaian , ketenangan, kesenangan yang hakiki dan kemulian diri, yang kesemuanya tidak akan didapatkan dari membalas dendam.
Barangsiapa yang meninggalkan al-Isyq atau perasaan cinta yang terlarang, memutuskan semua sebab-sebab yang dapat membawanya kepada cinta tersebut, dan memboikot dirinya agar tidak terjerumus kedalamnya seraya mengharap wajah Allah dengan sepenuh jiwanya, niscaya Allah akan memberikannya rizki berupa kedamaian jiwa dan kemuliaanya, Allah selamatkan dirinya dari segala bentuk kesusahan, memenuhi hati nya dengan rasa mahabbah hanya kepada Allah semata.
Sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan sesuatu Karena Allah maka niscaya Dia akan menggantikannya dengan yang lebih baik dari apa yang telah ditinggalkannya. Sesungguhnya balasan itu sesuai dengan jenis perbuatannya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman (yang artinya) : ‘ Barangsiapa yang beramal kebaikan walau seberat biji dzarroh pun niscaya dia akan melihat balasannya, dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan seberat dzarrah pun , niscaya dia akan melihat balasannya pula ” (QS. Al-Zalzalah: 7-8)
Sumber: Syaikh Abdullah Asy Syamiri di radio Idza’atul Qur’an Saudi Arabia, diterjemahkan oleh Muhammad Ihsan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﺇِﻧَّﻚَ ﻟَﻦْ ﺗَﺪَﻉَ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻟﻠﻪِ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ ﺇِﻻَّ ﺑَﺪَّﻟَﻚَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻪِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻟَﻚَ ﻣِﻨْﻪُ
“Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah ‘Azza wa Jalla, kecuali Allah akan menggantikannya bagimu dengan yang lebih baik bagimu” (HR Ahmad no 23074)
Fiqh Hadits :
PERTAMA : Lafal ( ﺷَﻴْﺌًﺎ= sesuatu ), adalah kalimat nakiroh dalam konteks kalimat nafyi (negatif) memberikan faedah keumuman. Artinya “sesuatu” apa saja yang engkau tinggalkan karena Allah…
Bisa jadi sesuatu yang ditinggalkan adalah :
(1) Perkara yang haram yang sangat mungkin ia lakukan, akan tetapi ia meninggalkannya karena Allah, seperti
Seseorang yang kaya raya karena bekerja sebagai pegawai instansi yang berpenghasilan riba, lalu ia meninggalkan pekerjaan yang menggiurkan tersebut.
Seseorang yang hatinya tergerak untuk bermaksiat, sangat berkesempatan untuk berzina, atau untuk menyaksikan tayangan-tayangan yang haram dan vulgar, lalu ia meninggalkannya karena Allah
Seseorang yang diajak untuk bermaksiat…akan tetapi ia meninggalkannya karena Allah.
(2) Perkara yang halal, akan tetapi ditinggalkan karena ada kemaslahatan yang besar. Contohnya :
Seseorang memiliki harta untuk membeli sesuatu yang ia sukai, akan tetapi ada panggilan untuk melaksanakan ibadah umroh yang juga membutuhkan dana yang besar, maka iapun meninggalkan perkara yang ia sukai karena Allah demi menjalankan ibadah umroh
Seseorang yang memiliki harta untuk membeli kebutuhannya, akan tetapi ternyata ada kerabatnya atau saudaranya sesama muslim yang membutuhkan bantuannya, maka iapun meninggalkan untuk membeli kebutuhannya tersebut demi untuk membantu saudaranya tersebut.
Seseorang yang dipanggil untuk bertamsya gratisan, dan ia sangat senang untuk melakukan tamasya tersebut, akan tetapi ternyata jadwal tamasya tersebut bertepatan dengan jadwal pengajian. Lalu iapun meninggalkan tamasya tersebut agar bisa mengikuti pengajian.
(3) Perkara yang telah digariskan oleh Allah, terpaksa ia tinggalkan, akan tetapi ia meninggalkannya dengan niat karena Allah. Contohnya : seseorang yang terpaksa meninggalkan harta dan tanah kelahirannya karena ditekan oleh orang-orang kafir. Meskipun bentuknya ia meninggalkan harta dan tanah kelahirannya secara terpaksa karena intimidasi kaum kuffar, akan tetapi jika ia meninggalkannya karena Allah maka ia telah masuk dalam keumuman hadits di atas.
KEDUA : Lafal ( ﻟِﻠَّﻪِ = “ Karena Allah “), mengingatkan bahwa motivasi untuk meninggalkan “sesuatu” tersebut harus semata-mata karena Allah. Karenanya tidaklah termasuk dalam kategori “Karena Allah” :
Seseorang yang meninggalkan kemaksiatan akan tetapi semata-mata karena takut cibiran dan celaan masyarakat
Seseorang yang meninggalkan kemaksiatan karena takut kesehatannya terganggu. Seperti seseorang yang meninggalkan rokok dan bir, karena khawatir akan terkena penyakit paru-paru atau penyakit yang lainnya.
Seseorang yang meninggalkan kemaksiatan karena ingin dipuji oleh masyarakat.
Seseorang yang meninggalkan pekerjaan yang haram karena tidak enak sama teman-temannya.
Karenanya permasalahan “ Karena Allah” merupakan perkara yang sangat urgen, karena ini adalah penentu tentang terwujudkannya janji Allah untuk menggantikan dengan yang lebih baik dari perkara-perkara yang ditinggalkan.
KETIGA : Lafal ( ﺑَﺪَّﻟَﻚَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻪِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣﻨﻪ = Allah akan menggantikan yang lebih baik bagimu daripada yang kau tinggalkan)
Lafal (ﻣﺎ = yang lebih baik) adalah ﻣﺎ al-maushuulah, yang dalam kaidah juga memberikan faedah keumuman. Karenanya bisa jadi:
Allah menggantikan sesuatu yang ditinggalkan karena Allah dengan perkara yang sejenis dengan perkara yang ditinggalkan, hanya saja lebih baik
Allah mengganti dengan perkara yang lebih baik akan tetapi tidak sejenis dengan perkara yang ditinggalkan
Allah menggantikan baginya dengan menghilangkan atau memalingkan darinya musibah atau bencana atau kesulitan yang tadinya akan menghadangnya.
KEEMPAT : Contoh-contoh kisah akan bukti hadits ini
Realita banyak mencontohkan akan bukti hadits ini, diantaranya
(1) Para sahabat kaum muhajirin yang harus meninggalkan tanah air mereka, rumah, serta harta mereka demi untuk berhijrah ke Madinah sehingga bisa beribadah kepada Allah dengan baik tanpa diintimidasi oleh kaum musyrikin Arab. Akhirnya Allah menggantikan bagi mereka harta yang lebih banyak dan kekuasaan serta kemenangan atas kaum musyrikin. Bahkan Allah menjadikan mereka menguasai kembali tanah air mereka Mekah. (lihat Tafsiir Ibnu Katsiir 4/572)
(2) Kisah Nabi Sulaiman ‘alaihis salaam yang meninggalkan kuda-kuda kesenangannnya dengan menyembelih kuda-kuda tersebut karena kuda-kuda tersebut telah melalaikan beliau hingga tidak sempat sholat di petang hari hingga matahari tenggelam. Ia pun menyembelih kuda-kuda tersebut dan disumbangkan karena Allah.
Akhirnya Allah pun menggantikan kuda-kuda tersebut dengan angin yang mengalir dengan cepat dan mengalir ke arah yang dikehendaki oleh nabi Sulaiman ‘alaihis salaam. (Lihat Taisiir Al-Kariim Ar-Rahmaan hal 712)
(3) Kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam yang harus meninggalkan kaumnya, meninggalkan kerabat dan keluarganya
yang menyembah patung, lalu berhijrah menuju Palestina, maka Allah pun menggantikan baginya anak-anak yang sholeh. Diantaranya Ishaq ‘alaihis salaam yang akhirnya dilahirkan oleh Sarah yang telah mencapai masa monopouse.
Allah berfirman :
ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺍﻋْﺘَﺰَﻟَﻬُﻢْ ﻭَﻣَﺎ ﻳَﻌْﺒُﺪُﻭﻥَ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻫَﺒْﻨَﺎ ﻟَﻪُ ﺇِﺳْﺤَﺎﻕَ ﻭَﻳَﻌْﻘُﻮﺏَ ﻭَﻛُﻼ ﺟَﻌَﻠْﻨَﺎ ﻧَﺒِﻴًّﺎ ‏( ٤٩ )
“Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Ya’qub. dan masing-masingnya Kami angkat menjadi Nabi” (QS Maryam : 49) (lihat kitab Tafsiir As-Sirooj Al-Muniir karya Asy-Syirbini 2/340)
Tentunya meninggalkan kerabat dan kampung halaman merupakan perkara yang berat, akan tetapi Ibrahim ‘alaihis salam meninggalkannya karena Allah. (Taisiir Al-Kariim Ar-Rahmaan hal 494)
(4) Barang siapa yang menjaga pandangannya dengan meninggalkan memandang perkara-perkara yang haram, maka Allah akan memberikan cahaya pada pandangannya dan menambah manis imannya. (lihat Taisiir Al-Kariim Ar-Rahmaan hal 566)
(5) Kisah tentang Aisyah radhiallahu ‘anhaa yang sedang berpuasa, lalu ada seorang miskin yang meminta makanan kepada Aisyah, sementara Aisyah tidak memiliki kecuali hanya sepotong roti. Lalu Aisyah memerintahkan budak wanitanya untuk memberikan sepotong roti tersebut kepada sang miskin, maka sang budak berkata, “Engkau bakalan tidak memiliki makanan untuk berbuka puasa”. Akan tetapi Aisyah tetap memerintahkannya untuk memberikan roti tersebut kepada sang miskin. Maka ternyata tatakala sore hari ada seseorang yang memberikan hadiah seekor kambing yang sudah dimasak untuk Aisyah. (Lihat Tafsiir Al-Qurthubi 18/26)
(6) Kisah tentang Ummu Sulaim yang anaknya meninggal lalu tatkala datang sang suami maka iapun menghias dirinya untuk merayu sang suami –Abdullah bin Abi Tholhah- yang baru datang dari safar agar terlalaikan berita kematian anaknya. Ummu Sulaim telah sabar tatkala harus meninggalkan anaknya yang meninggal tersebut. Akhirnya ternyata hubungan antara ia dan sang suami tatkala itu dan seterusnya membuahkan sembilan orang anak semuanya adalah qori’ al-Qur’an (lihat Syarah Shahih Al-Bukhari karya Ibnu Bathhool 3/285)
(7) Sebuah kisah yang disebutkan dalam kitab Tafsir Al-Bahr Al-Madid karya Ibnu ‘Ajiibah Abul ‘Abbaas Al-Faasi tentang seorang pemuda penuntut ilmu yang tinggal di daerah Faas. Suatu hari ada seorang ibu keluar bersama putrinya yang cantik jelita. Maka ternyata sang putri ketinggalan dari ibunya sehingga akhirnya tertahan hingga malam hari. Maka ia pun melihat dari kejauhan sebuah pintu yang nampak ada lampu nyala dibalik lampu tersebut. Lalu ia mengintip di balik pintu tersebut ternyata ada seorang penuntut ilmu yang sedang membaca buku. Maka dalam hati putri cantik ini ia berkata, “Jika tidak ada kebaikan pada pemuda ini maka tidak ada kebaikan pada seorangpun”. Maka iapun memberanikan diri untuk mengetuk pintu, lalu dijawab oleh sang pemuda. Lalu sang putri pun menceritakan tentang kondisinya yang ketinggalan ibunya, dan ia khawatir jika ia berjalan di malam hari akan ada orang yang mengganggunya. Maka akhirnya sang pemuda merasa wajib baginya untuk menjaga putri tersebut. Lalu iapun memasukan putri tersebut dalam rumahnya, lalu ia menjadikan penghalang berupa tikar antara ia dan sang putri, lalu iapun melanjutkan membaca buku. Lalu datanglah syaitan menggodanya. Akan tetapi karena keberkahan ilmu maka Allah pun menjaga pemuda ini. Iapun segera mengambil api lampu lalu iapun menggerakan jarinya ke lampu tersebut, satu demi satu jari-jarinya ia letakkan di api lampu tersebut hingga membakar jari-jarinya. Sang wanita mengintip sikap pemuda tersebut dan ia takjub dengan sikap tersebut. Sementara sang pemuda terus memanasi jarinya. Lalu sang pemuda memanaskan jari-jarinya dari tangannya yang satunya lagi, hingga akhirnya tiba pagi hari dan nampak cahaya terang, maka iapun mempersilahkan sang putri untuk keluar dari rumahnya dan segera pulang. Akhirnya sang putripun pulang ke rumahnya dan menceritakan tentang kisah sang pemuda. Maka segeralah ayah sang putri mendatangi majelis ilmu dan mengabarkan tentang kisah sang pemuda kepada syaikh/guru di majelis tersebut. Maka sang guru  meminta agar seluruh para penuntut ilmu mengeluarkan kedua tangan mereka. Seluruh muridpun mengeluarkan kedua tangan mereka kecuali sang pemuda. Maka syaikh pun tahu siapa pemuda tersebut, lalu akhirnya sang ayah menikahkan sang pemuda dengan putrinya tersebut” (Al-Bahr Al-Madiid 3/375)
Karenanya yakinlah jika anda meninggalkan sesuatu benar-benar tulus semata-mata karena Allah maka pasti Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik. Sungguh hati ini sangat terharu tatkala mengetahui ada seorang pegawai bank yang akhirnya meninggalkan pekerjaan ribanya lalu kemudian dengan sabarnya menjadi seorang penjual bakso. Allah pasti akan menggantikan baginya yang lebih baik, apakah di dunia maupun di akhirat, cepat atau lambat.
Sumber: abu abdirrahman as'adi in Syarah Hadits

Jumat, 25 September 2015

Kewajiban berkurban

Dalam hadits Beliau shallahu alai wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا

“Barang siapa yang punya kelapangan dan tidak menyembelih kurban, maka janganlah mendekat musholla kami.” [HR Ibnu Majah, disahihkan oleh Al Albani]

Nabi shallahu alai wa sallam mewajibkan atas kita sebagai ibadah tahunan bagi yang mampu, Nabi shallahu alai wa sallam bersabda:

. يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ عَلَى أَهْلِ كُلِّ بَيْتٍ فِي كُلِّ عَامٍ أَضْحَاةً

“Wahai manusia sesungguhnya atas tiap keluarga, tiap tahunnya berkeharusan menyembelih qurban.” [HR Ahmad, dihasankan oleh Al Albani]

Kurban

KHUTBAH IEDHUL ADHA.....
BERKURBAN KARENA ALLAH

(Al Ustadz Qamar Su'aidi Lc)

بسم الله الرحمن الرحيم

Innalhamda lillah, nahmaduhu...
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd...

Kaum muslimin yang dirahmati Allah...
Pada hari ini kita berada pada hari yang paling mulia disisi Allah yaitu hari nahr, iedl adha...

Nabi bersabda :

إِنَّ أَعْظَمَ الأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ

“Sesungguhnya sebesar besar hari di sisi Allah ta’ala adalah hari nahr dan hari al Qorr (yakni hari setelahnya)” [Sahih, HR Abu Dawud disahhkan al Albani]

☝Pada hari ini Allah syariatkan suatu ibadah yang besar, yaitu ibadah qurban. Allah berfirman dalam ayat-Nya:

{فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ } [الكوثر: 2]

“Maka sholatlah untuk Rabbmu dan berkurbanlah” [Al Kautsar:2]

Ibnu Abbas menafsirkan: “berkurbanlah pada hari nahr.”

{قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ } [الأنعام: 162، 163]

“Katakanlah: “sesungguhnya sholatku, sembelihanku, kehidupan dan kematianku, hanya untuk Allah Robb sekalian alam.” [Al An’am:162]

Dan ini merupakan sebaik baik amalan, Nabi shallahu alai wa sallam ditanya :

سئل أي العمل أفضل قال : العج و الثج

‘Amal apakah yang terbaik’ Beliau menjawab:
“Mengeraskan talbiah dan menyembelih qurban” [HR al Hakim, disahihkan oleh Al Albani]

Dalam hadits Beliau shallahu alai wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا

“Barang siapa yang punya kelapangan dan tidak menyembelih kurban, maka janganlah mendekat musholla kami.” [HR Ibnu Majah, disahihkan oleh Al Albani]

Nabi shallahu alai wa sallam wajibkan atas kita sebagai ibadah tahunan bagi yang mampu, Nabi shallahu alai wa sallam bersabda:

. يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ عَلَى أَهْلِ كُلِّ بَيْتٍ فِي كُلِّ عَامٍ أَضْحَاةً

“Wahai manusia sesungguhnya atas tiap keluarga, tiap tahunnya berkeharusan menyembelih qurban.” [HR Ahmad, dihasankan oleh Al Albani]

Ibadah ini telah Allah syariatkan pada umat-umat sebelum kita sebagaimana Allah firmankan:

{وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ } [الحج: 34]

“Bagi tiap-tiap umat kami telah syariatkan sembelihan qurban, supaya mereka menyebut nama Ama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah bagi mereka...” [Al Hajj:34]

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd...

Maka bertepatan dengan ibadah haji, Allah syariakan ibadah mulai ini, Allah berfirman:

{لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ} [الحج: 28]

“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. [Al Hajj:28]

Firman Allah:

{وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ } [الحج: 36]

“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat)..” [ Al Hajj:36]

Dan kita dianjurkan untuk menggemukkan sembelihan kita, Allah berfirman:

{ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ} [الحج: 32]

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” [Al Hajj:32]

“Yu’Adhim Sya’airohh” sebagian tafsir mrnyebutkan: Yakni menggemukkan hewan sembelihan.

Namun, yang akan sampai kepada Allah bukanlah daging ataupun darahnya, akan tetapi ketakwaan orang yang berkorban, itulah yang akan sampai kepada Allah, Allah berfirman:

{لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ } [الحج: 37]

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” [Al Hajj:37]

Akan tetapi, ingatlah, bahwa kurban tidak akan diterima melainkan dari orang yang bertaqwa, yang mengikhlaskan qurbanya untuk Allah ta’ala.

{إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ} [المائدة: 27]

“Hanyalah Allah menerima dari orang-orang yang bertaqwa.” [Al Maidah:27]

{قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ} [الأنعام: 162، 163]

“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." [Al An’am:162-163]

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd...

Maka barangsaiapa meniatkan qurbannya untuk selain Allah, Allah tidak akan menerimanya, karena ini perbuatan syirik, menyekutukan Allah, Allah berfirman dalam hadits Qudsi:

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

“Barang siapa beramal suatu amalan yang padanya ia mempersekutukan selainKu denganKu, maka Aku tinggalkan dia dan sekutunya.” [Sahih, HR Muslim]

Mereka yang melakukannya terlaknat,

لَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ

“Allah melaknat siapa saja yang menyembelih karena selain Allah.” [Sahih, HR Muslim]

✋ Dan dia akan masuk neraka karenannya, dalam riwayat disebutkan bahwa seseorang masuk neraka disebabkan berkurban dengan seekor lalat untuk berhala, demikian disebutkan oleh sahabat Salman al Farisi.
Itulah yang dilakukan orang-orang musyrikin zaman dahulu, mereka melakukan berbagai persembahan qurban kepada berhala berhala mereka dan sesembahan mereka. lihatlah bagaimana akibat kesyirikan mereka. Allah mengadzab mereka sejak didunia sebelum akhirat.

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd...

Maka dari itu ambillah pelajaran wahai kaum muslimin, sadarlah, bukankah di tengah kaum muslimin ada yang melakukan persembahan sembelihan untuk selain Allah, sampai saat ini kita masih mendengar, ada yang melakukan sedekah bumi dengan sembelihan, ada yang melakukan larung sesaji dengan sembelihan, ada yang mengawali pembangunan dengan sembelihan, dan menyukuri panen dengan sembelihan. Semuanya bukan karena Allah, semuanya bukan untuk Allah, tapi untuk dedemit, makhluk halus yang diyakini sebagai penunggu tempat tertentu atau dewa dan dewi.

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd...

Tidakkah kita takut kepada Allah bila kita mengaku sebagai seorang muslim, bukankah perbuatan itu membuat murka Allah, kita takut diadzab di dunia sebelum adzab akhirat. Lihatlah yang terjadi belum lama ini yaitu pada bulan april 2015, gempa berkekuatan 7.9 skala richter mengguncang Nepal dan menewaskan kira-kira 17 000 jiwa manusia, ini terjadi tidak lama dari upacara persembahan DEWI Gadhimai, dengan 6000 kerbau dan ribuan binatang lainya. Kita jadi khawatir bahwa berbagai musibah di negeri ini disebabkan dosa dosa semacam itu dan dosa yang lain yang banyak dan beraneka ragam.
Terlalu banyak dosa yang dilakukan umat ini, dan  Allah sudah banyak memaafkan.,

{وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ} [الشورى: 30]

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). “ [Asy Syuro:30]

Tapi, ketika terus menerus umat ini dalam dosa, mereka tak kunjung sadar dan bertaubat, serta menjauhi dosa dosa, maka sudah sepantasnya kalau umat ini mendapatkan musibah.

Maka sadarlah, wahai kaum muslimin. Bertaubatlah, semoga Allah menerima taubat kita, dan menjauhkan kita dari adzabnya.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ  إِلَيْكَ

http://forumsalafy.net/khutbah-iedhul-adha-berkurban-karena-allah/

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Manusia dan nasibnya

�� MENDULANG MUTIARA
DARI HADITS AL-ARBA'IN AN-NAWAWIYAH ��

��Hadits Keempat��

�� Tahapan Penciptaan Manusia dan Ketetapan Allah Atas Nasib Mereka ��

��Bagian Kedua��

�� FAEDAH-FAEDAH HADITS:

�� 7. Dorongan untuk senantiasa memperbanyak amalan shaleh, karena tidak satupun dari manusia tahu kapan dia akan meninggal, di bumi mana dia akan mati dan dalam keadaan apa nantinya dia meninggal.

{إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ}

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” [QS. Luqman:34]

Allah Ta’ala telah banyak menyebutkan dalam al-Quran dorongan untuk bersegera beramal shaleh dan memperbanyak amalan sampai ajal menyemputnya.

{وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ}

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” [QS. Ali ‘Imran:133]

{وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ}

“dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” [QS. Al-Hijr:99]

�� 8. Dorongan untuk bertawakal kepada Allah dan jangan takut akan kemiskinan, karena semua rizqi telah ditentukan oleh Allah ‘Azza wa Jalla.

Allah Ta’ala berfirman:

{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا}

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun (yaitu makhluk Allah) di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya.” [QS. Huud:6]

⚠ Meskipun rizqi telah Allah tetapkan, bukan berarti meniadakan usaha dengan duduk santai dan berleha-leha di rumah, tetapi manusia tetap dituntut untuk menempuh usaha, dan nanti Allah-lah yang akan memudahkan jalan rizqi baginya.

Dari ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا»

"Jika kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya Dia akan memberikan rizqi kepada kalian, sebagimana Dia telah memberikan rizqi kepada burung yang berangkat di pagi hari dalam keadaan kosong dan kembali dalam keadaan kenyang." [HR. Ahmad, dishahihkan al-Albani]

�� 9. Allah membagi manusia menjadi dua golongan saja; golongan manusia yang bahagia dan golongan manusia yang sengsara.

Allah Ta’ala berfirman:

{فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ}

“Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.” [QS. Asy-Syuura:7]

{فَأَمَّا الَّذِينَ شَقُوا فَفِي النَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ}

"Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih)." [QS. Huud:106]

{وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا}

“Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di dalamnya.” [QS. Huud:108]

�� 10. Yang menjadi tinjauan pada amalan seseorang adalah keadaan terakhir dia ketika meninggal, apakah dia meninggal diatas keimanan kepada Allah ataukah diatas kemaksiatan atau kekufuran. Oleh karena itu, sepatutnya bagi kita senantiasa memohon kepada Allah kesudahan yang baik, yaitu kita dimatikan diatas iman dan ketaatan kepada Allah Ta’ala.

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ العَبْدَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّهُ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ، وَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الجَنَّةِ وَإِنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ، وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالخَوَاتِيمِ»

"Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sungguh ada seorang hamba yang melakukan amalan-amalan penghuni neraka, namun berakhir menjadi penghuni surga, dan ada seorang hamba yang mengamalkan amalan-amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka, sungguh amalan itu ditentukan dengan penutupan.” [HR. Al-Bukhari]

�� 11. Sepantasnya bagi seorang muslim bersemangat untuk membenahi amalan bathinnya, sebagaimana dia bersemangat dalam membenahi amalan lahirnya.

�� 12. Peringatan dari perbuatan kemaksiatan, karena satu kemaksiatan yang dia perbuat akan mendorong kepada kemaksiatan yang lainnya.

�� 13. Hendaknya seorang muslim jangan tertipu dengan amalannya. Janganlah dia merasa telah banyak beramal sehingga bermalas-malasan untuk beramal lagi, karena yang menjadi tinjauan adalah bukan dengan banyaknya amalan namun tidak berkelanjutan, akan tetapi yang dituntut dan dicintai Allah adalah istiqamah dia dalam beramal meskpiun sedikit amalannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«يَا أَيُّهَا النَّاسُ عَلَيْكُمْ مِنَ الْأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا، وَإِنَّ أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ، وَإِنْ قَلَّ». وَكَانَ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَمِلُوا عَمَلًا أَثْبَتُوهُ.

"Wahai sekalian manusia, hendaklah kalian beramal menurut kemampuan kalian, sebab Allah tidak akan pernah bosan hingga kalian bosan sendiri. Sesungguhnya amalan yang paling disukai Allah, adalah amalan yang dikerjakan secara terus menerus meskipun sedikit. Dan bila keluarga Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam melakukan suatu amalan, maka mereka akan menekuninya."  [Muttafaqun ‘alaihi, dari shahabat ‘Aisyah]

�� Semoga Allah ta’ala memberikan kepada kita istiqamah dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya, sehingga kita dimatikan dalan keadaan Allah ridha kepada kita.

------------------------------------
✒ Ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawy_23 Jumadal Akhir 1436/ 13 April 2015_di kota Ambon Manise.

�� Silahkan kunjungi blog kami untuk mengunduh PDF-nya dan juga mendapatkan artikel atau pelajaran yang telah berlalu serta unduh pula 2 aplikasi android Forum KIS di:
www.pelajaranforumkis.com atau www.pelajarankis.blogspot.com
-------------------------------------

�� WA. FORUM KIS

Rabu, 23 September 2015

Menjaga lisan

{ Menjaga Lisan }

Jagalah selalu lisanmu dari kata-kata yang buruk. Diam itu perhiasan, diam itu keselamatan. Jika engkau berbicara janganlah memperbanyak kata-kata. Bila engkau pernah menyesal karena diammu. Tentunya engkau seringkali menyesal karena kata-katamu. Latihlah lisan untuk mengucapkan kata-kata yang baik
Niscaya engkau akan selamat dari ucapan yang keliru dan dari langkah yang salah

Senin, 21 September 2015

Celana bantalun?

�������� HUKUM MEMAKAI BANTOLUN KETIKA SHALAT ATAU DI LUAR SHALAT

✒�� Asy Syaikh Muqbil bin Hadi al Wadi’i rahimahullah

�� Pertanyaan: Apa hukum memakai bantalun secara rinci baik ketika shalat maupun di luar shalat?

�� Jawaban: Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, beserta keluarga, para shahabatnya, dan siapa saja yang berloyalitas kepadanya. Saya bersaksi bahwa tidak ada ilah yang benar untuk diibadahi selain Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Amma ba’du:

��Memakai bantalun terhitung tasyabbuh terhadap musuh-musuh Islam sedangkan Nabi shallallahu ‘alaihi was salam sebagaimana dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Umar telah bersabda: “Barang siapa menyerupai (tasyabuh) suatu kaum, maka ia bagian darinya.”

✊�� Kalau bukan karena Nabi shallallahu ‘alaihi was salam telah memberikan keringanan kepada seorang muslim apabila tidak mendapatkan sarung untuk memakai sirwal, niscaya kami telah mengatakan keharamannya. Akan tetapi yang tampak bagi saya perkara tersebut adalah makruh (dibenci) dengan kebencian yang sangat.

���� Juga termasuk dari sebab melemahnya identitas keislaman. Identitas keIslaman wajib untuk selalu dijaga, baik ketika anda di pesawat atau ketika anda di Paris atau di salah satu negeri di antara negeri-negeri kafir.

���� Anda bila menjaganya berarti anda telah melindunginya dari berbagai kotoran. Janganlah anda menjadi orang yang berpenampilan Islam kemudian berkhianat dan menipu, akan tetapi jagalah niscaya manusia akan menghargaimu dengan sebenar-benarnya bahkan sampai orang kafir sekalipun. Jadi sudah sepantasnya untuk selalu menjaga penampilan keIslaman.

�� Sebagian orang syi’ah yang dahulu saya pernah belajar darinya mengabarkan kepadaku bahwa ia pernah pergi untuk berobat ke luar negeri bersama para amir dari Alu Hamidud Din. Ketika sampai di bandara mereka memberikan setelan pakaian kepadanya. “Pakailah” kata mereka. Ia menjawab, “Kenapa?” Mereka berkata, “Pakailah” sampai mereka mengatakan: “Bagus kalau anda pergi ke luar negeri memakai setelan ini.” “Mengapa kalian mendesakku memakainya? Apakah kalian khawatir kepadaku? Ataukah kalian merasa malu?” Jawabnya. Mereka mengatakan: “Sama sekali kami tidak mengkhawatirkanmu, kami malu jika kamu pergi dengan setelanmu ini.” Ia berkata: “Kita berdo’a dan tawakkal kepada Allah.” Kemudian ia pun berjalan.

�� Ketika sampai di London, kaum nashara pun menjadi menghargainya dengan sebaik-baik penghargaan. Bahkan sampai ketika berada di Museum Britonia, ia keluar masuk tanpa tiket dan mereka menggambarkan kepadanya apa yang dia inginkan. Ia pun mendatangi teman-temannya yang memakai bantalun itu dan tertawa seraya berkata: “Demi Allah, kalian telah menghinakan diri-diri kalian sendiri.”

✔ Dan itu benar, identitas seseorang akan meleleh dan tidak diketahui bahwa dia seorang muslim di masyarakat tersebut. Identitas tersebut akan meleleh. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita menjaga penampilan keIslaman dan berbangga dengannya.

ومن أحسن قولا ممن دعا إلى الله وعمل صالحا وقال إنني من المسلمين

�� “Siapa yang lebih baik ucapannya dari pada seorang yang menyeru kepada Allah dan beramal shaleh sedang ia mengatakan “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.” (Fushilat:33)

✋�� Maka kita memuji Allah subhanahu wata’ala yang telah memberikan kita taufik kepada Islam. Dan Allah berfirman tentang mereka (orang-orang kafir) itu:

إن شر الدواب عند الله الصم البكم الذين لا يعقلون. ولو علم الله فيهم خيرا لأسمعهم ولو أسمعهم لتولوا وهم معرضون

��“Sesungguhnya sejelek-jelek makhluk yang berjalan  di sisi Allah ialah mereka yang tuli dan bisu yaitu orang-orang yang tidak berakal. Seandainya Allah mengetahui ada kebaikan pada mereka, niscaya Allah akan menjadikan mereka mendengar dan seandainya Allah menjadikan mereka mendengar, tentulah mereka telah berpaling sedang mereka adalah rang-orang yang memalingkan diri.” (Al-Anfal:22-23).

Dan Allah berfirman dalam ayat yang lain:

أولئك هم شر البرية

��“Mereka itulah makhluk yang paling jelek.” (Al-Bayyinah:6)

Maka kita menjaga insya Allah tampilan islami dan pakaian islami dimana saja kita berada dan segala puji hanya milik Allah.

�� Sumber:http://www.muqbel.net/fatwa.php?fatwa_id=4564

�� Alih bahasa: Syabab Forum Salafy

���� http://forumsalafy.net/hukum-memakai-pantolan-ketika-shalat-atau-di-luar-shalat/

✆ WA Al Istifadah ※ WALIS ✆
✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧
الموقع الرسمي للمجموعة:
��➠http://walis-net.blogspot.com/p/depan.html
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Jumat, 18 September 2015

Shaff Sholat

����Fiqh Sholat: Pengaturan Shaf Sholat Berjamaah (bag ke-2)

✅Posisi Shaf Sholat Berjamaah dgn Satu Makmum Laki-laki dan Satu Makmum Wanita 

Jika dalam sholat berjamaah tersebut terdapat satu makmum laki-laki dan satu makmum wanita, maka makmum laki-laki berdiri sejajar di sebelah kanan Imam, sedangkan makmum wanita di belakang mereka. 

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّهُ وَامْرَأَةً مِنْهُمْ فَجَعَلَهُ عَنْ يَمِينِهِ وَالْمَرْأَةَ خَلْفَ ذَلِكَ

Dari Anas –radhiyallahu anhu- bahwa Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengimami beliau dan seorang wanita di antara mereka. Kemudian beliau menjadikan Anas di sebelah kanan beliau dan seorang wanita di belakang itu (H.R Abu Dawud, Ahmad, dishahihkan al-Albany) 

✅Perintah Merapatkan dan Meluruskan Shaf Serta Menyempurnakan Shaf Terdepan Sebelum Shaf Berikutnya

لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللَّهُ بَيْنَ وُجُوهِكُمْ

Sungguh-sungguh kalian luruskan shaf-shaf kalian atau Allah akan menceraiberaikan wajah (hati) kalian (H.R al-Bukhari dan Muslim dari anNu’man bin Basyiir)

رُصُّوا صُفُوفَكُمْ وَقَارِبُوا بَيْنَهَا وَحَاذُوا بِالْأَعْنَاقِ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنِّي لَأَرَى الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ مِنْ خَلَلِ الصَّفِّ كَأَنَّهَا الْحَذَفُ

Rapatkan shaf-shaf kalian dan dekatkan antar shaf dan luruskan antar leher. Demi Allah yang jiwaku berada di TanganNya sungguh aku melihat syaithan masuk di celah-celah shaf bagaikan anak kambing kecil (H.R Abu Dawud, dishahihkan Ibnu Khuzaimah dan al-Albany)

أَقِيمُوا الصُّفُوفَ وَحَاذُوا بَيْنَ الْمَنَاكِبِ وَسُدُّوا الْخَلَلَ وَلِينُوا بِأَيْدِي إِخْوَانِكُمْ وَلَا تَذَرُوا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ وَمَنْ وَصَلَ صَفًّا وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللَّهُ

Tegakkan shaf-shaf, dan luruskan antar bahu dan tutuplah celah, lunakkan tangan saudara kalian dan janganlah meninggalkan celah-celah bagi syaithan. Barangsiapa yang menyambung shaf maka Allah akan menyambungnya (dengan pahala) dan barangsiapa yang memutus shaf maka Allah akan memutusnya (H.R Abu Dawud, dishahihkan al-Albany) 

Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad menjelaskan makna ‘lunakkan tangan saudara kalian’ artinya: mudahlah untuk mengikuti ajakan saudaramu dalam satu shaf jika dirasa kamu kurang mundur atau kurang maju atau kurang merapat pada sisi tertentu. Sedangkan Abu Dawud menjelaskan maknanya adalah jika ada seseorang yang akan masuk shaf di antara dua orang maka saudaranya yang berada di sisi kanan maupun kirinya hendaknya menyesuaikan dan memudahkan posisi bahunya agar saudaranya bisa masuk (disarikan dari transkrip ceramah syarh Sunan Abi Dawud liAbdil Muhsin al-Abbad (4/227-228)).

أَتِمُّوا الصَّفَّ الْأَوَّلَ ثُمَّ الَّذِي يَلِيهِ وَإِنْ كَانَ نَقْصٌ فَلْيَكُنْ فِي الصَّفِّ الْمُؤَخَّرِ

Sempurnakan shaf pertama kemudian yang setelahnya. Jika ada kekurangan (jumlah jamaah yang memenuhi shaf, pent) hendaknya di shaf paling akhir (H.R Abu Dawud dan anNasaai, dishahihkan Ibn Khuzaimah dan al-Albany) 

✅Dari Mana Shaf Makmum Bermula?

Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah menjelaskan bahwa makmum bermula dari belakang Imam. Tidak dimulai dari kanan. Bagian kanan shaf lebih baik dari bagian kirinya. Tidak mengapa posisi sebelah kanan lebih banyak dari sebelah kiri Imam, namun setiap shaf harus disempurnakan dulu, baru kemudian shaf di belakangnya (Majmu’ Fataawa Bin Baaz (12/205)). 

✅Posisi Imam terhadap Makmum

Untuk posisi Imam laki-laki berada di depan shaf para makmum, sedangkan pada sholat berjamaah perempuan yang diimami oleh seorang perempuan, maka posisi Imam berada di shaf makmum terdepan pada bagian tengah. Hal ini sesuai dengan hadits:

عَنْ رَيْطَةَ الْحَنَفِيَّةَ أَنَّ عَائِشَةَ أَمَّتْهُنَّ وَقَامَتْ بَيْنَهُنَّ فِي صَلَاةٍ مَكْتُوْبَةٍ

Dari Roythoh al-Hanafiyyah bahwasanya Aisyah mengimami mereka (para wanita) pada sholat wajib dan beliau (Aisyah) berdiri di tengah-tengah mereka (H.R Abdurrozzaq, adDaraquthny, al-Baihaqy, dishahikan sanadnya oleh anNawawy dalam al-Majmu’)

عَنْ حُجَيْرَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّهَا أَمَّتْهُنَّ فَقَامَتْ وَسَطًا

Dari Juhairoh dari Ummu Salamah bahwasanya beliau mengimami mereka (para wanita) dan berdiri di tengah-tengah mereka (H.R Abdurrozzaq, adDaraquthny, al-Baihaqy) 

(dikutip dari buku 'Fiqh Bersuci dan Sholat', Abu Utsman Kharisman)

������������

WA al-I'tishom

✆ WA Al Istifadah ※ WALIS ✆
✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧
الموقع الرسمي للمجموعة:
��➠http://walis-net.blogspot.com/p/depan.html

Alquran pembeda

وَكَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Quran (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh, dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa. Surah Al-An'am (6:55)

Pendusta ayat Allah

وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا يَمَسُّهُمُ الْعَذَابُ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat fasik. Surah Al-An'am (6:49)

Untuk mu pengikut hawa nafsu

وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا صُمٌّ وَبُكْمٌ فِي الظُّلُمَاتِ ۗ مَنْ يَشَإِ اللَّهُ يُضْلِلْهُ وَمَنْ يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita. Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikan-Nya berada di atas jalan yang lurus. Surah Al-An'am (6:39)

Ujian mu belum seberapa !

وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَىٰ مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّىٰ أَتَاهُمْ نَصْرُنَا ۚ وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ۚ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu. Surah Al-An'am (6:34)

Jangan bersedih karena al haq

قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ ۖ فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَٰكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. Surah Al-An'am (6:33)

Dunia hina

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? Surah Al-An'am (6:32)

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
Surah Ali 'Imran (3:185)

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
Surah Al-Hadid (57:20)

Nikmat yg membinasakan

��Setetes madu jatuh di atas tanah�� . . ��Datanglah seekor semut kecil, perlahan-lahan dicicipinya madu tersebut. . .
. ��Hmmm... manis. Lalu dia beranjak hendak pergi. .
.
. ��Namun rasa manis madu sudah terlanjur memikat hatinya. Dia pun kembali untuk mencicipi lagi, sedikit saja. Setelah itu barulah dia akan pergi. .
.
. ��Namun, ternyata dia merasa tidak puas hanya mencicipi madu dari pinggir tetesannya. .
.
. ��Dia pikir, kenapa tidak sekalian saja masuk dan menceburkan diri agar bisa menikmati manisnya, lagi dan lagi. .
.
. ��Maka masuklah sang semut, tepat di tengah tetesan madu. .
.
. ��Ternyata? Badan mungilnya malah tenggelam penuh madu, kakinya lengket dengan
tanah. .
. . ��Dan... Tentu saja tak bisa bergerak. .
. . ��Malangnya, dia terus seperti itu hingga akhir hayatnya. Mati dalam kubangan setetes madu. ..
. ��Demikianlah analogi sederhana tentang dunia dan pecinta dunia, sebagaimana diperumpamakan dalam sebuah pepatah Arab : .
. ✨"Hakikat apa-apa dari kenikmatan dunia melainkan bagai setetes besar dari madu.
��Maka siapa yang hanya mencicipinya sedikit, ia akan selamat. ��Namun siapa yang menceburkan diri ke dalamnya, ia akan binasa." .
-------------------------
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّار
ُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (Q.S. Al- An'am : 32)

Selasa, 15 September 2015

Belajar dari anak kecil

AKU BELAJAR SABAR DARI SEORANG ANAK KECIL

Fudhail bin Iyyadh rahimahullah berkata:

“Aku belajar sabar dari seorang anak kecil. Suatu kali ketika aku pergi ke masjid, aku menjumpai seorang ibu memukul anak laki-lakinya di dalam rumahnya. Maka anaknya tersebut berteriak lalu membuka pintu dan lari. Lalu ibunya tadi menutup pintu rumah. Ketika aku pulang dari masjid, aku jumpai anak tadi setelah menangis sebentar dia tertidur bersandar pada daun pintu dengan tujuan mengarapkan belas kasihan ibunya. Maka hati ibunya pun terenyuh dan membukakan pintu untuk anaknya tersebut.”

Lalu Fudhail menangis hingga jenggotnya basah dan beliau berkata: “Subhanallah, seandainya seorang hamba bersabar di depan pintu Allah Azza wa Jalla, pasti Allah akan membukakan pintu untuknya.”

Abud Darda' radhiyallahu anhu berkata: ”Bersungguh- sungguhlah dalam berdoa, karena sesungguhnya siapa yang banyak mengetuk pintu maka tidak lama lagi akan dibukakan pintu itu untuknya.”

Senin, 14 September 2015

Siapa teman mu?

Sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Imam Al-Barbahari:

“Apabila engkau melihat seseorang duduk bersama Ahlul Ahwa’, maka berilah peringatan kepadanya dan beritahukan tentang keadaan orang tersebut. Dan apabila dia tetap duduk bersamanya setelah dia mengetahui, maka hati-hatilah darinya, karena dia adalah pengikut hawa nafsu” (Syarhus Sunnah, hal. 121)

Semua ini semata-mata bertujuan untuk menyingkap kebenaran yang mungkin selama ini masih tersamar bagi sebagian pihak. Mudah-mudahan dengan ini kita bisa kembali ke jalan yang benar di atas manhaj yang lurus. Dan semoga Allah menjadikan ini sebagai nasehat bagi orang-orang yang masih memiliki hati yang bersih.

Minggu, 13 September 2015

Ilmu adalah agama

Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata:

ﺇِﻥَّ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﺩِﻳْﻦٌ ، ﻓَﺎﻧْﻈُﺮُﻭْﺍ ﻋَﻤَّﻦْ ﺗَﺄْﺧُﺬُﻭْﻥَ ﺩِﻳْﻨَﻜُﻢْ

“Sesungguhnya ilmu ini merupakan agama, maka telitilah dari siapa kalian mengambil agama kalian.”
(Lihat: Muqaddimah Shahih Muslim no. 26 –pent)

Berdasarkan nukilan riwayat ini maka tetaplah:
Pertama: Dalil bagi orang-orang yang membantah siapa saja yang menyelisihi kebenaran di masa ini.

Kedua: Hal ini didukung oleh Al-Qur’an, As-Sunnah, ijma’ para imam dan wasiat-wasiat mereka. Namun faktanya di sana ada orang-orang yang merasa gelisah dengan adanya berbagai bantahan ilmiyah, walaupun dibangun di atas dalil dari Al-Qur’an, As-Sunnah dan penjelasan para imam.

Nabi shallallahu alaihi was sallam bersabda:

ﺍﻟْﻤﺮﺀ ﻋﻠﻰ ﺩﻳﻦ ﺧﻠﻴﻠﻪ ، ﻓﻠﻴﻨﻈﺮ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻣﻦ ﻳﺨﺎﻟﻞ .
"Seseorang akan mengikuti agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian meneliti siapa yang akan dia jadikan sebagai teman."
[Silsilah Ash-Shahihah no.927]

Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata:

ﺇﻥ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺩﻳﻦ ، ﻓﺎﻧﻈﺮﻭﺍ ﻋﻤﻦ ﺗﺄﺧﺬﻭﻥ ﺩﻳﻨﻜﻢ
“Sesungguhnya ilmu ini merupakan agama, maka telitilah dari siapa kalian mengambil agama kalian.”
[Muqaddimah Shahih Muslim no.26]

ﻭﺍﻟﻄﻴﻮﺭ ﻋﻠﻰ ﺃﺷﻜﺎﻟﻬﺎ ﺗﻘﻊ

Dan burung itu akan hinggap di tempat yang sesuai dengan jenisnya.

Menyesal salah berteman

Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

ﻭَﻳَﻮْﻡَ ﻳَﻌَﺾُّ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻢُ ﻋَﻠَﻰ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﻳَﺎﻟَﻴْﺘَﻨِﻲ ﺍﺗَّﺨَﺬْﺕُ ﻣَﻊَ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝِ ﺳَﺒِﻴﻼً . ﻳَﺎﻭَﻳْﻠَﺘَﻰ ﻟَﻴْﺘَﻨِﻲ ﻟَﻢْ ﺃَﺗَّﺨِﺬْ ﻓُﻠَﺎﻧًﺎ ﺧَﻠِﻴﻼً . ﻟَﻘَﺪْ ﺃَﺿَﻠَّﻨِﻲ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮِ ﺑَﻌْﺪَ ﺇِﺫْ ﺟَﺎﺀَﻧِﻲ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ ﻟِﻠْﺈِﻧْﺴَﺎﻥِ ﺧَﺬُﻭﻟًﺎ “

Dan ingatlah hari ketika itu orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, ‘Aduhai kiranya dulu aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, andai kiranya dulu aku tidak menjadikan si Fulan itu teman akrabku. Sungguh ia telah menyesatkan aku dari Al-Qur`an ketika Al-Qur`an itu telah datang kepadaku.’ Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.” (Al-Furqan: 27-29)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻋَﻠَﻰ ﺩِﻳْﻦِ ﺧَﻠِﻴْﻠِﻪِ ، ﻓَﻠْﻴَﻨْﻈُﺮْ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﻣَﻦْ ﻳُﺨَﺎﻟِﻞُ

“Seseorang itu menurut agama teman dekat/sahabatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat dengan siapa ia bersahabat/berteman.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 927)

kalimatu hakkin arodu bihal batil”,

Maka berkatalah Ali bin Abi Thalib terkait ucapan Khawarij  : ”kalimatu hakkin arodu bihal batil”, “kalimat yang hak, tapi yang mereka maukan adalah kebathilan”. ( Lihat as-Syariah oleh Al-Ajurri).

Membaca dan Memegang Al-Qur'an Tanpa Berwudhu

�� Membaca dan Memegang Al-Qur'an Tanpa Berwudhu

�� Apakah boleh bagi laki-laki atau perempuan membaca Al-Qur'an serta menyentuh mushaf tanpa berwudhu ?

�� Asy Syaikh Al Albani rahimahullah menjawab:

�� Membaca Al-Qur'an tanpa berwudhu adalah perkara yang di perbolehkan.Hal ini karena tidak terdapat dalil dalam Al-Qur'an atau di dalam  sunnah yang menyelisihi hal itu, yaitu tidak bolehnya membaca al-qur'an dalam keadaan tidak suci.
Tidak ada perbedaan dalam masalah ini antara laki-laki dengan perempuan.Bahkan tidak ada perbedaan dalam masalah itu antara laki-laki yang suci dan yang tidak suci, juga wanita yang haid dan yang tidak haid.

�� Dan dari dalil-dalil akan bolehnya hal itu adalah haditsnya Aisyah dalam Shohih Muslim , bahwasanya Nabi صلى عليه و سلم berdzikir menyebut nama Allah dalam segala keadaan.
Maka orang yang haid itu di hukumi secara syar'i tidak sholat.Dan tidak  shalatnya dia adalah penghalang baginya dengan hikmah yang tinggi dari dia beribadah untuk Allah dengan apa-apa yang dia beribadah dengannya sebelum datangnya haid.
Maka tidak boleh bagi kita untuk menyempitkan rangkaian ibadah yang di syariatkan baginya bersama ibadah shalat,kemudian dia dilarang dari shalat dan tidak di larang dari apa-apa yang selain itu.Maka kita melapangkan apa-apa yang Allah lapangkan atas manusia.

�� Dan sering aku mengingatkan terkait dengan hal ini,haditsnya sayyidah Aisyah tatkala sedang berhaji bersama Nabi صلى الله عليه و سلم dan sampai di tempat yang di namakan Saraf dekat dengan Makkah.Nabi صلى الله عليه و سلم mendapatinya sedang menangis karena haidnya. Maka beliaupun menyatakan kepada Aisyah : "Kerjakanlah apa yang dikerjakan orang yang berhaji tetapi jangan kamu thawaf dan jangan shalat. (HR. Bukhori)
Beliau tidak melarangnya untuk membaca Al-Qur'an dan tidak pula melarang masuk ke Masjidil Haram.
������������

�� Fatawa Madinah hal.59
�� Dialih bahasa oleh Al Ustadz Abu Usamah Irfan حفظه الله

✒��✒��✒��✒

��WA Forum Salafy Surabaya

✆ WA Al Istifadah ※ WALIS ✆
✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧
الموقع الرسمي للمجموعة:
��➠http://walis-net.blogspot.com/p/depan.html

Sabtu, 12 September 2015

Dalil berkorban sendiri dan berserikat

—————————※❉※—————————
������JUMLAH BINATANG KURBAN▫
—————————※❉※—————————

⏩a. Satu Kambing Mewakili Kurban Sekeluarga

Abu Ayyub Al Anshari menuturkan:
“Dahulu ada seseorang dimasa Rasulullah ? menyembelih seekor kambing untuk dirinya dan keluarganya.”
(H.R. At Tirmidzi dan selainnya dengan sanad shahih)

⏩b. Satu Unta Atau Sapi Mewakili Kurban Tujuh Orang Dan Keluarganya

Hal ini dikemukakan Jabir bin Abdillah :
“Kami dulu bersama Rasulullah pernah menyembelih seekor unta gemuk untuk tujuh orang dan seekor sapi untuk tujuh orang pula pada tahun Al Hudaibiyyah.”
(H.R. Muslim)

����Dikutip dari Majalah AsySyariah Online
•••••••
����Arsip WALIS || http://walis-net.blogspot.com/2015/05/berqurban-menurut-sunnah-nabi.html

✆ WA Al Istiqomah ※ WALIS ✆
✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧
الموقع الرسمي للمجموعة:
��➠http://walis-net.blogspot.com/p/depan.html

Rabu, 09 September 2015

Perkataan imam al hasan al bashri

○●○●○●○●○
�� Renungan Pagi ��
————————————————
�� MENAHAN DIRI DARI DUNIA DAN MENCUKUPKAN DIRI DENGAN ALLAH.
————————————————
�� Imam Al-Hasan Al-Bashri  menulis surat kepada 'Umar bin Abdil 'Aziz رحمهم الله تعالى :

"يا أخي ، من استغنى بالله اكتفى، ومن انقطع إلى غيره تعنى ،

☝�� Wahai saudaraku, barangsiapa mencukupkan diri dengan Allah maka tercukupi, dan barangsiapa memutuskan untuk kepada selain-Nya maka dia akan letih sekali.

ومن كان من قليل الدنيا لا يشبع، لم يغنه منها كثرة ما يجمع ،

☝�� dan barangsiapa yang dengan sedikitnya dunia tidak merasa cukup, maka banyaknya apa yang dia kumpulkan dari dunia tidak akan mencukupinya.

فعليك منها بالكفاف ، وألزم نفسك العفاف ،

✋�� maka wajib atasmu menahan diri dari dunia, dan tetapkan jiwamu dengan menjaga kehormatan diri,

وإياك وجمع الفضول ، فإن حسابه يطول" .

���� dan hati-hati engkau dari mengumpulkan hal-hal yang tidak dibutuhkan, karena hisabnya (nanti) akan menjadi panjang.
                  —○●※●○—

�� 'Uyunul Akhbaar (1/98).

✏__ Alih Bahasa: Muhammad Sholehuddin Abu 'Abduh عَفَا اللّٰهُ عَنْهُ.
————————————————
�� WA Ahlus Sunnah Karawang | www.ahlussunnahkarawang.com

Selasa, 08 September 2015

Imam malik berdebat?

Dikisahkan oleh Ma’n bin Isa: “Imam Malik bin Anas rahimahullah pada suatu pernah pulang dari suatu majlis dalam keadaan beliau bertekan pada tanganku. Kemudian beliau ditemui oleh seseorang yang dipanggil dengan nama Abul Hauriyah. Orang ini termasuk orang yang sesat beraliran murji’ah. Ia berkata: “Wahai hamba Allah, dengarkanlah dariku sesuatu. Aku ingin berbicara denganmu menyampaikan argumentasiku kepadamu dan menyampaikan pendapatku kepadamu (yakni mengajak berdebat –pent.)”. Maka Imam Malik menjawab: “Bagaimana jika engkau bisa mengalahkanku?” Ia berkata: “Jika engkau kalah, maka engkau harus mengikutiku”. Imam Malik berkata lagi: “Jika datang orang ke-3 menyampaikan argumentasinya kepada kita, kemudian ia mengalahkan kita?” Ia menjawab: “Jika kita kalah, maka kitapun mengikutinya”. Mendengar jawaban ini, imam Malik berkata: “Wahai hamba Allah, Allah telah mengutus Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam dengan agama yang satu, tetapi aku melihat engkau berpindah-pindah dari satu agama ke agama yang lain”. Dalam riwayat yang lain: “Bukanlah agama ini milik para pemenang debat”. (Asy-Syari’ah, al-Ajurri, 64)

Wallahu a’lam

Minggu, 06 September 2015

Hukum berkorban untuk mayit?


------------
Ⓜ FATAWA KURBAN 1: HUKUM BERKURBAN DAN MENIATKANNYA UNTUK ORANG YANG SUDAH MENINGGAL

Oleh:
Asy-Syaikh al-'Allaamah Muhammad bin Shalih al-Utsaimin -rahimahullah-

                                          ✹✹✹

P E R T A N Y A A N:

Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin ditanya tentang hukum berkurban, dan apakah boleh mengkhususkannya untuk keluarga yang telah meninggal?

J A W AB A N:

Beliau menjawab,

“Udhiyah (menyembelih hewan kurban,pen) adalah sunnah mu’akkadah bagi orang yang mampu melakukannya. Maka dia hendaknya menyembelih hewan kurban untuk dirinya dan keluarganya.

❗Adapun meniatkan berkurban khusus untuk anggota keluarga yang telah meninggal, maka hal itu TIDAK PERNAH teriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, menurut yang saya tahu, bahwa beliau menyembelih hewan kurban khusus untuk orang yang telah meninggal. hal ini juga tidak (pernah diriwayatkan) dari para shahabat ketika di masa NabiShallallahu ‘alaihi wa Sallam .

Akan tetapi hendaknya seseorang di dalam berkurban meniatkan untuk dirinya dan keluarganya, dan bila ia meniatkan juga untuk anggota keluarganya yang telah meninggal maka tidak mengapa (yang dilarang adalah mengkhususkan untuk mayit,pen).” (Majmu Fatawa wa Rasail25/10)

__________________
Didalam fatwa berikutnya beliau menambah keterangan tentang larangan mengkhususkan berkurban bagi anggota keluarga yang telah meninggal, beliau berkata,

“Kemudian berkurban bukan bagi orang yang telah meninggal, tapi berkurban bagi orang yang masih hidup. Dan berkurban tidak sunnah bagi orang yang telah meninggal.

Dalilnya adalah, bahwasanya syari’at ini hanya bersumber dari sisi Allah dan rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Dan as-sunnah telah datang menjelaskan bahwasanya berkurban hanya bagi orang yang masih hidup.

❗Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga memiliki kerabat-kerabat yang telah meninggal, akan tetapi beliau tidak pernah berkurban KHUSUS bagi mereka. Semua putra dan putri Nabi telah meninggal sebelum beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. 

Diantara mereka ada yang meninggal sebelum usia baligh, dan sebagian yang lain setelah usia baligh. Anak laki-laki beliau semuanya meninggal sebelum baligh, sedangkan putri-putri beliau meninggal di usia baligh, kecuali Fathimah yang masih hidup sepeninggal beliau.

Juga ada dua isteri Nabi yang meninggal sebelum beliau yaitu Khadijah dan Zainab bintu Khuzaimah Radhiallahu ‘anhuma.

Demikian pula paman beliau, Hamzah bin Abdul Muthallib telah terbunuh sebagai syahid, akan tetapi tidak pernah beliau (mengkhususkan) berkurban bagi mereka. Maka (dapat diketahui bahwa) beliau tidak mensyari’atkan berkurban bagi orang yang telah meninggal, dan tidak mendakwahkan hal tersebut.

   ◾ Atas dasar ini kami katakan, tidak termasuk sunnah (mengkhususkan) berkurban bagi mayit, karena tidak pernah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, dan aku juga tidak mengetahui ada riwayat dari shahabat .

   ◾ Baik, jika si mayit telah berwasiat untuk disembelihkan hewan kurban baginya maka ditunaikan wasiatnya dengan disembelihkan hewan kurban baginya, dalam rangka menunaikan wasiatnya.

   ◾ Demikian pula bila si mayit digabungkan bersama orang-orang yang masih hidup, contohnya seseorang menyembelih hewan kurban dengan niat untuk dirinya dan keluarganya, dia meniatkan keluarga yang masih hidup dan yang sudah meninggal (maka tidak mengapa).

Adapun mengkhususkan berkurban untuk orang yang sudah meninggal, maka perbuatan itu bukan sunnah. (Majmu Fatawa wa Rasail 25/11)

                                          ✺✺✺

Sumber: 
http://bit.ly/1JCg1CH
____________________
مجموعـــــة توزيع الفـــــــوائد
✆ WA Forum Berbagi Faidah [FBF] | www.alfawaaid.net