Minggu, 29 April 2018

Taklid

Allah berfirman : “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka” (QS. Az Zukhruf: 22).
.
✍ Para imam juga menegaskan kepada para pengikutnya untuk mengikuti dalil, dan tidak bertaklid.  Berikut perkataan mereka:
.
🔰 Pertama: Imam Abu Hanifah rahimahullah
.
Beliau mengatakan,
لا يحل لأحد أن يأخذ بقولنا ما لم يعلم من أين أخذناه
.
“Tidak boleh bagi seorangpun berpendapat dengan pendapat kami hingga dia mengetahui dalil bagi pendapat tersebut.”
.
Diriwayatkan juga bahwa beliau mengatakan,
.
حرام على من لم يعرف دليلي أن يفتي بكلامي
.
“Haram bagi seorang berfatwa dengan pendapatku sedang dia tidak mengetahui dalilnya.”
.
🔰 Kedua: Imam Malik bin Anas rahimahullah
.
Beliau mengatakan,
.
إنما أنا بشر أخطئ وأصيب فانظروا في رأيي فكل ما وافق الكتاب والسنة فخذوه وكل ما لم يوافق الكتاب والسنة فاتركوه
.
“Aku hanyalah seorang manusia, terkadang benar dan salah. Maka, telitilah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan al-Quran dan sunnah nabi, maka ambillah. Dan jika tidak sesuai dengan keduanya, maka tinggalkanlah.” (Jami’ Bayan al-‘Ilmi wa Fadhlih 2/32).
.
Beliau juga mengatakan,
.
ليس أحد بعد النبي صلى الله عليه وسلم إلا ويؤخذ من قوله ويترك إلا النبي صلى الله عليه وسلم
.
“Setiap orang sesudah nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat diambil dan ditinggalkan perkataannya, kecuali perkataan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Jami’ Bayan al-‘Ilmi wa Fadhlih  2/91).
_
💻 @aswaja_tobat aswajatobat .
_

larangan untuk safar

📚 Dalam hadits muttafaqun ‘alaih, dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ، وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ – صلى الله عليه وسلم – وَمَسْجِدِ الأَقْصَى .
..
“Tidaklah pelana itu diikat –yaitu tidak boleh bersengaja melakukan perjalanan (dalam rangka ibadah ke suatu tempat)- kecuali ke tiga masjid: masjidil haram, masjid Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan masjidil aqsho” (HR. Bukhari 1189 dan Muslim no. 1397).
.
..
Hadits di atas mencakup larangan untuk safar dalam rangka ibadah ke suatu tempat semata-mata karena tempat itu. Jadi, setiap safar yang dilakukan dalam rangka ibadah di suatu tempat tertentu adalah terlarang, kecuali ke tiga masjid tadi, yaitu masjidil harom, masjid nabawi dan masjidil aqsho. Adapun jika bersafarnya karena silaturahim, berdagang, mencari ilmu, rekreasi dan kegiatan mubah lainnya, maka tidak ada masalah. Semisal kita menuntut ilmu ke suatu masjid di daerah Jogja dari Jawa Timur, maka ini tidaklah masalah. Karena maksud safar yang dilakukan adalah bukan mengunjungi masjid, namun yang dimaksud adalah menuntut ilmu.
..
.
@aswaja_tobat aswajatobat

Musik

📚 Ibnu Hajar Al-Haitami rahimahullah, dalam kitab beliau Az-Zawaajir :
.
وَقَدْ عُلِمَ مِنْ غَيْرِ شَكٍّ أَنَّ الشَّافِعِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حَرَّمَ سَائِرَ أَنْوَاعِ الزَّمْرِ...وَمَا حُرِّمَتْ هَذِهِ الْأَشْيَاءُ لِأَسْمَائِهَا وَأَلْقَابِهَا ، بَلْ لِمَا فِيهَا مِنْ الصَّدِّ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنْ الصَّلَاةِ وَمُفَارَقَةِ التَّقْوَى وَالْمَيْلِ إلَى الْهَوَى وَالِانْغِمَاسِ فِي الْمَعَاصِي
.
"Dan telah diketahui –tanpa diragukan lagi- bahwasanya Al-Imam Asy-Syafi'i radhiallahu 'anhu mengharamkan seluruh jenis alat musik… dan tidaklah diharamkan perkara-perkara ini (alat-alat musik-pen) dikarenakan nama-namanya, akan tetapi karena pada alat-alat musik menghalangi dari mengingat Allah dan sholat, serta pemisahan dari ketakwaan dan kecondongan kepada hawa nafsu serta tenggelam dalam kemaksiatan-kemaksiatan" (Az-Zawaajir 'an iqtiroofil kabaair 2/907).
.
Beliau juga berkata :
.
الأَوتار والمعازف كالطُّنْبُور والعُود والصَّنْج أي: ذي الأوتار والرباب (1) والجَنْك (2) والكمنجة والسنطير والدِّرِّيجُ (3)، وغير ذلك من الآلات المشهورة عند أهل اللهو والسَّفاهة والفُسوق، وهذه كلُّها محرَّمة بلا خِلاف، ومَن حكى فيه خلافًا فقد غلط أو غلب عليه هَواه، حتى أصمَّه وأعماه، ومنعه هداه، وزلَّ به عن سنن تَقواه
.
"Senar-senar dan alat-alat musik seperti kecapi, gitar, as-shonj yaitu yang ada senarnya, rebab, jank (semacam gitar), kamanjah (alat musik yang memiliki kayu berbentuk busr dengan empat senar), sinthir (semacam alat musik yang senarnya dari tembaga –lihat al-mu'jam al-washith-pen), dan dirriij (semacam kecapi), serta alat-alat musik lainnya yang dikenal oleh para pemain dan orang-orang bodoh dan para pelaku kefasikan. Ini semuanya hukumnya haram tanpa ada khilaf (perselisihan). Barang siapa yang menyebutkan adanya khilaf dalam hal ini maka ia telah keliru atau hawa nafsunya telah mendominasinya sehingga membuatnya tuli dan buta serta mencegahnya dari petunjuk dan juga menggelincirkannya dari jalan ketakwaannya" (Kaff Ar-Ri'aaa' 'an muharromaat al-lahwi wa as-samaa' hal 118).
...

Doa mayat


ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻪُ ﻭَﺍﺭْﺣَﻤْﻪُ ﻭَﻋَﺎﻓِﻪِ ﻭَﺍﻋْﻒُ ﻋَﻨْﻪُ، ﻭَﺃَﻛْﺮِﻡْ ﻧُﺰُﻟَﻪُ، ﻭَﻭَﺳِّﻊْ ﻣَﺪْﺧَﻠَﻪُ، ﻭَﺍﻏْﺴِﻠْﻪُ ﺑِﺎﻟْﻤَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟﺜَّﻠْﺞِ ﻭَﺍﻟْﺒَﺮَﺩِ، ﻭَﻧَﻘِّﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺬُّﻧُﻮﺏِ ﻭﺍﻟْﺨَﻄَﺎﻳَﺎ ﻛَﻤَﺎ ﻳُﻨَﻘَّﻰ ﺍﻟﺜَّﻮْﺏُ ﺍﻟْﺄَﺑْﻴَﺾُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪَّﻧَﺲِ، ﻭَﺃَﺑْﺪِﻟْﻪُ ﺩَﺍﺭًﺍ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻦْ ﺩَﺍﺭِﻩِ، ﻭَﺯَﻭْﺟًﺎ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻦْ ﺯَﻭْﺟِﻪِ، ﻭَﺃَﺩْﺧِﻠْﻪُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ، ﻭَﺃَﻋِﺬْﻩُ ﻣِﻦْ ﻋَﺬَﺍﺏِ ﺍﻟْﻘَﺒْﺮِ ﻭَﻣِﻦْ ﻋَﺬَﺍﺏِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭ , ﻭَﺍﻓْﺴَﺢْ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﻗَﺒْﺮِﻩِ، ﻭﻧَﻮِّﺭْ ﻟَﻪُ ﻓِﻴﻪِ

“Ya Allah, ampuni dan rahmatilah dia. Selamatkanlah dan maafkanlah dia. Berilah kehormatan untuknya, luaskanlah tempat masuknya. Mandikanlah dia dengan air, es, dan embun. Bersihkanlah dia dari kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan baju yang putih dari kotoran. Gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya, isteri yang lebih baik dari isterinya. Masukkanlah dia ke dalam surga, lindungilah dari azab kubur dan azab neraka. Lapangkanlah baginya dalam kuburnya dan terangilah dia di dalamnya.” (HR. Muslim)

Rabu, 25 April 2018

tidak diambil (ilmunya)

🌏📖📚 MENGAMBIL ILMU DARI AHLUSSUNNAH

🖋 Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda,
"Akan muncul pada akhir jaman sekelompok manusia yang akan menceritakan hadits kepada kalian dengan sesuatu yang tidak pernah kalian mendengarnya demikian juga bapak-bapak kalian. Maka berhati-hatilah kalian dari mereka." (HR. Muslim dalam muqoddimah shahihnya hal.6)

🖋 Al-Imam Al-Baghawi Rahimahullah menyebutkan kesepakatan ulama salaf dalam memboikot ahlul bid'ah, beliau berkata,
"dan telah berlalu para shahabat, tabi'in, dan pengikut mereka, serta ulama sunnah atas perkara ini, yaitu mereka bersepakat untuk memusuhi ahlul bid'ah dan memboikot mereka." (Syarhus Sunnah 1/227)

🖋 Al-Imam Abdurrahman bin Mahdi rahimahullah berkata,
"Tiga (jenis manusia) yang tidak diambil (ilmunya) dari mereka, yaitu:
1. Orang yang tertuduh melakukan kedustaan
2. Pelaku kebid'ahan yang menyeruh kepada bid'ahnya
3. dan seseorang yang cenderung keliru dan salah

🖋 Al-Imam Ahmad rahimahullah berkata,
▪ Semoga Allah menghinakan al-Karobisi, tidak boleh dijadikan teman duduk, tidak boleh diajak bicara, tidak boleh disalin kitab-kitabnya, dan kami tidak duduk bersama orang yang duduk dengannya."

🖋 Abdul Wahhab Al-Khaffaf rahimahullah berkata,
▪ "Aku melewati Amr bin Ubaid (tokoh mu'tazilah, pen) sedang duduk sendirian.
▪Maka aku bertanya kepadanya, 'apa yang terjadi denganmu sehingga manusia meninggalkanmu?'
▪ Ia menjawab, 'Ibnu 'Aun (ulama sunnah,pen) telah melarang manusia dariku, maka mereka pun pergi (meninggalkanku)." (Mizanul I'tidal 3/274)

🖋 Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah berkata,
"Barangsiapa mendengar dari ahli bid'ah, maka Allah tidak akan memberi manfaat dengan apa yang ia dengar. dan barangsiapa berjabatan tangan dengannya, maka sungguh ia telah melepas Islam seutas demi seutas." (Al-Jami' Li AKhlaqi Ar-Rawi 1/138 hal.163)

🖋 Al-Qahthani berkata dalam baitnya,
▪ Tidaklah berteman dengan ahli bid'ah kecuali orang yang sepertinya
▪ di bawah asap ada api yang berkobar.

⛔️ Oleh karena itu, janganlah mengambil ilmu dari ahli bid'ah dan orang-orang yang menyimpang atau memiliki penyakit di dalam hatinya. Karena mengambil ilmu dari mereka akan mewariskan penyimpangan dari al-haq baik disadari ataupun tidak.

🖋 Bundar Ibnul Husein rahimahullah berkata, "Berteman dengan ahli bid'ah akan mewariskan berpalingnya dari kebenaran." (As-Siyar 16/106)

⚠ Sehingga, jangan pedulikan orang yang mengatakan "aku akan mengambil ilmu dari siapa pun" atau "aku akan mengambil yang baiknya saja, adapun yang jelek aku tinggalkan"

☝🏼 Sebenarnya, mereka sedang mempertaruhkan hidayah yang telah Allah berikan kepada mereka.. Allahul musta'an

Semoga bermanfaat

📖 Referensi: An-Nubadz fi Adabi Thalabil ilmi  (hal.24-28) || Dikumpulkan oleh Tim Warisan Salaf

📑 Faidah dari Channel Warisan Salaf: https://bit.ly/warisansalaf

🏡 Publikasi Salafy Baturaja
🌏 Channel Telegram: t.me/salafybaturaja

📆 Selasa 08 Sya'ban 1439 H || 24 April 2018 M

▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫

🌏 SIKAP GHULUW AKAN MENABRAK HAK ALLAH DAN RASUL-NYA

Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali –hafizhahullah- berkata:

“...Tidak lain bahaya dan kebinasaan ada pada ghuluw dan mengangkat manusia di atas kedudukannya. Dan hal tersebut akan menyentuh permasalahan akidah dan sisi uluhiyah serta nubuwwah. Juga padanya terdapat bahaya dan kebinasaan.

إِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ

Tidak lain yang telah membinasakan orang-orang (umat) sebelum kalian adalah sikap ghuluw.

📖 [Manhajul Muslim, hal. 138]

📑 Faidah dari Al-Ustadz Abu Yahya Abdillah al Maydaniy hafizhahullah || Salafy Sumatera

🌏 Salafy Baturaja: t.me/salafybaturaja

Jumat, 20 April 2018

Law kaana khoiron lasabaqunaa ilaih …

Law kaana khoiron lasabaqunaa ilaih …

Para ulama berkata,

ﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ ﺧَﻴﺮْﺍً ﻟَﺴَﺒَﻘُﻮْﻧَﺎ ﺇِﻟَﻴْﻪِ

“Seandainya amalan tersebut baik, tentu mereka (para sahabat) sudah mendahului kita untuk melakukannya.”

Kamis, 19 April 2018

Musik

Musik dalam berdakwah?

Ada kaedah fikih yang cukup ma’ruf di kalangan para ulama,
ﺍﻷﺻﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺍﺕ ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﻢ
“Hukum asal ibadah adalah haram (sampai adanya dalil). ”

Di antara dalil kaedah adalah firman Allah Ta’ala ,
ﺃَﻡْ ﻟَﻬُﻢْ ﺷُﺮَﻛَﺎﺀُ ﺷَﺮَﻋُﻮﺍ ﻟَﻬُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﺄْﺫَﻥْ ﺑِﻪِ ﺍﻟﻠَّﻪُ
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? ” (QS. Asy-Syuraa: 21).

Juga didukung dengan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺪَﺙَ ﻓِﻰ ﺃَﻣْﺮِﻧَﺎ ﻫَﺬَﺍ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻣِﻨْﻪُ ﻓَﻬُﻮَ ﺭَﺩٌّ

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak .” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bersabda,

ﺗَﺮَﻛْﺖُ ﻓِﻴْﻜُﻢْ ﺷَﻴْﺌَﻴْﻦِ ﻟَﻦْ ﺗَﻀِﻠُّﻮْﺍ ﺑَﻌْﺪَﻫُﻤَﺎ ﻛِﺘَﺎﺏُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺳُﻨَّﺘِﻲْ
“Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, yang kalian tidak akan sesat di belakang keduanya, (yaitu) kitabullah dan Sunnahku.”
(HR. Malik dan Al-Hakim dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Al-Misykah )

Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bersabda,

ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻣَﻦْ ﻳَﻌِﺶْ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻳَﺮَﻯ ﺑَﻌْﺪِﻱ ﺍﺧْﺘِﻠَﺎﻓًﺎ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﺴُﻨَّﺘِﻲ ﻭَﺳُﻨَّﺔِ ﺍﻟْﺨُﻠَﻔَﺎﺀِ ﺍﻟﺮَّﺍﺷِﺪِﻳﻦَ ﺍﻟْﻤَﻬْﺪِﻳِّﻴﻦَ ﻭَﻋَﻀُّﻮﺍ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺑِﺎﻟﻨَّﻮَﺍﺟِﺬِ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻛُﻢْ ﻭَﻣُﺤْﺪَﺛَﺎﺕِ ﺍﻟْﺄُﻣُﻮﺭِ ﻓَﺈِﻥَّ ﻛُﻞَّ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺔٍ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ﻭَﺇِﻥَّ ﻛُﻞَّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻠَﺎﻟَﺔٌ
“Sungguh barangsiapa yang hidup di antara kalian akan melihat perselisihan yang banyak. (Maka) berpeganglah dengan sunahku dan sunnah Khulafa-ur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah ia dengan gigi geraham. Hindarilah kalian hal-hal yang baru, sesungguhnya setiap hal yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah ada sesat.”
(HR. Ahmad (IV/126-127), Abu Dawud (no. 4607) dan at-Tirmidzi (no. 2676), ad-Darimy (I/44), al-Baghawy dalam kitabnya Syarhus Sunnah (I/205), al-Hakim (I/95), dishahihkan dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi).

Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang diancam Allah dengan firmanNya:
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

ﻭَﻣَﻦ ﻳُﺸَﺎﻗِﻖِ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝَ ﻣِﻦ ﺑَﻌْﺪِ ﻣَﺎ ﺗَﺒَﻴَّﻦَ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻬُﺪَﻯٰ ﻭَﻳَﺘَّﺒِﻊْ ﻏَﻴْﺮَ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻧُﻮَﻟِّﻪِ ﻣَﺎ ﺗَﻮَﻟَّﻰٰ ﻭَﻧُﺼْﻠِﻪِ ﺟَﻬَﻨَّﻢَ ﻭَﺳَﺎﺀَﺕْ ﻣَﺼِﻴﺮًﺍ

“Dan barangsiapa menentang Rasul setelah jelas baginya kebenaran, dan mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa bergelimang dalam kesesatan dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam; dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”
(An Nisa’: 115)

Wajib rujuk

Wajibnya mengembalikan segala perselisihan kepada al Qur-aan dan as Sunnah

Allah Ta’ala berfirman:

ﻓَﺈِﻥ ﺗَﻨَﺎﺯَﻋْﺘُﻢْ ﻓِﻲ ﺷَﻰْﺀٍ ﻓَﺮُﺩُّﻭﻩُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝِ ﺇِﻥ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍْﻷَﺧِﺮِ ﺫَﻟِﻚَ ﺧَﻴْﺮُُ ﻭَﺃَﺣْﺴَﻦُ ﺗَﺄْﻭِﻳﻼً
Jika kalian berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama ( bagimu ) dan lebih baik akibatnya.
[An-Nisa’ : 59]

Dalam surah al-Hasyr ayat 7, Allah ta’ala berfirman:

ﻭﻣﺎ ﺀﺍﺗـﻜﻢ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﻓﺨﺬﻭﻩ ﻭﻣﺎ ﻧﻬـﻜﻢ ﻋﻨﻪ ﻓﺎﻧﺘﻬﻮﺍ

Artinya:
“Apa saja yang diberikan oleh Rasul kepada kalian, maka ambillah. Dan apa saja yang dilarangnya, maka tinggalkanlah.”

Ulama Madzhab Mencela Nyanyian

1. Imam Abu Hanifah.
Beliau membenci nyanyian dan menganggap mendengarnya sebagai suatu perbuatan dosa.

2. Imam Malik bin Anas.
Beliau berkata, “Barangsiapa membeli budak lalu ternyata budak tersebut adalah seorang biduanita (penyanyi), maka hendaklah dia kembalikan budak tadi karena terdapat ‘aib.”
.
3. Imam Asy Syafi’i.
Beliau berkata, “Nyanyian adalah suatu hal yang sia-sia yang tidak kusukai karena nyanyian itu adalah seperti kebatilan. Siapa saja yang sudah kecanduan mendengarkan nyanyian, maka persaksiannya tertolak.”
.
4. Imam Ahmad bin Hambal.
Beliau berkata, “Nyanyian itu menumbuhkan kemunafikan dalam hati dan aku pun tidak menyukainya.”
[Lihat Talbis Iblis]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tidak ada satu pun dari empat ulama madzhab yang berselisih pendapat mengenai haramnya alat musik.”
[Majmu’ Al Fatawa, 11/576-577]



SAATNYA MENINGGALKAN MUSIK

SAATNYA MENINGGALKAN MUSIK

Bukhari membawakan dalam Bab “Siapa yang menghalalkan khomr dengan selain namanya” sebuah riwayat dari Abu ‘Amir atau Abu Malik Al Asy’ari telah menceritakan bahwa dia tidak berdusta, lalu dia menyampaikan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِى أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ ، وَلَيَنْزِلَنَّ أَقْوَامٌ إِلَى جَنْبِ عَلَمٍ يَرُوحُ عَلَيْهِمْ بِسَارِحَةٍ لَهُمْ ، يَأْتِيهِمْ – يَعْنِى الْفَقِيرَ – لِحَاجَةٍ فَيَقُولُوا ارْجِعْ إِلَيْنَا غَدًا . فَيُبَيِّتُهُمُ اللَّهُ وَيَضَعُ الْعَلَمَ ، وَيَمْسَخُ آخَرِينَ قِرَدَةً وَخَنَازِيرَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
.
“Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan umatku sekelompok orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik. Dan beberapa kelompok orang akan singgah di lereng gunung dengan binatang ternak mereka. Seorang yang fakir mendatangi mereka untuk suatu keperluan, lalu mereka berkata, ‘Kembalilah kepada kami esok hari.’ Kemudian Allah mendatangkan siksaan kepada mereka dan menimpakan gunung kepada mereka serta Allah mengubah sebagian mereka menjadi kera dan babi hingga hari kiamat.”
.
Jika dikatakan menghalalkan musik, berarti musik itu haram.

Hadits di atas dinilai shahih oleh banyak ulama, di antaranya adalah: Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al Istiqomah (1/294) dan Ibnul Qayyim dalam Ighatsatul Lahfan (1/259)

Penilaian senada disampaikan An Nawawi, Ibnu Rajab Al Hambali, Ibnu Hajar dan Asy Syaukani –rahimahumullah-. instagram islam islamicquotes islamicposts muslim Inspirasi muslimah muhasabah alhamdulillah istighfar istiqomah thankstoallah dakwah sunnah kajian musik islam kajianislam hukummusik musikharam

Pendapat musik

Ulama Madzhab Mencela Nyanyian

1. Imam Abu Hanifah.
Beliau membenci nyanyian dan menganggap mendengarnya sebagai suatu perbuatan dosa.

2. Imam Malik bin Anas.
Beliau berkata, “Barangsiapa membeli budak lalu ternyata budak tersebut adalah seorang biduanita (penyanyi), maka hendaklah dia kembalikan budak tadi karena terdapat ‘aib.”
.
3. Imam Asy Syafi’i.
Beliau berkata, “Nyanyian adalah suatu hal yang sia-sia yang tidak kusukai karena nyanyian itu adalah seperti kebatilan. Siapa saja yang sudah kecanduan mendengarkan nyanyian, maka persaksiannya tertolak.”
.
4. Imam Ahmad bin Hambal.
Beliau berkata, “Nyanyian itu menumbuhkan kemunafikan dalam hati dan aku pun tidak menyukainya.”
[Lihat Talbis Iblis]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tidak ada satu pun dari empat ulama madzhab yang berselisih pendapat mengenai haramnya alat musik.”
[Majmu’ Al Fatawa, 11/576-577]

instagram islam kajianislam musikharam mencelanyanyian musikharam musik islam islamicquotes islamicposts muslim Inspirasi muslimah muhasabah alhamdulillah istighfar istiqomah thankstoallah

2 perkara menentang rasul

Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bersabda,
ﺗَﺮَﻛْﺖُ ﻓِﻴْﻜُﻢْ ﺷَﻴْﺌَﻴْﻦِ ﻟَﻦْ ﺗَﻀِﻠُّﻮْﺍ ﺑَﻌْﺪَﻫُﻤَﺎ ﻛِﺘَﺎﺏُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺳُﻨَّﺘِﻲْ
“Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, yang kalian tidak akan sesat di belakang keduanya, (yaitu) kitabullah dan Sunnahku.”
(HR. Malik dan Al-Hakim dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Al-Misykah )
Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bersabda,
ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻣَﻦْ ﻳَﻌِﺶْ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻳَﺮَﻯ ﺑَﻌْﺪِﻱ ﺍﺧْﺘِﻠَﺎﻓًﺎ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﺴُﻨَّﺘِﻲ ﻭَﺳُﻨَّﺔِ ﺍﻟْﺨُﻠَﻔَﺎﺀِ ﺍﻟﺮَّﺍﺷِﺪِﻳﻦَ ﺍﻟْﻤَﻬْﺪِﻳِّﻴﻦَ ﻭَﻋَﻀُّﻮﺍ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺑِﺎﻟﻨَّﻮَﺍﺟِﺬِ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻛُﻢْ ﻭَﻣُﺤْﺪَﺛَﺎﺕِ ﺍﻟْﺄُﻣُﻮﺭِ ﻓَﺈِﻥَّ ﻛُﻞَّ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺔٍ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ﻭَﺇِﻥَّ ﻛُﻞَّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻠَﺎﻟَﺔٌ
“Sungguh barangsiapa yang hidup di antara kalian akan melihat perselisihan yang banyak. (Maka) berpeganglah dengan sunahku dan sunnah Khulafa-ur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah ia dengan gigi geraham. Hindarilah kalian hal-hal yang baru, sesungguhnya setiap hal yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah ada sesat.”
(HR. Ahmad (IV/126-127), Abu Dawud (no. 4607) dan at-Tirmidzi (no. 2676), ad-Darimy (I/44), al-Baghawy dalam kitabnya Syarhus Sunnah (I/205), al-Hakim (I/95), dishahihkan dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi).

Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang diancam Allah dengan firmanNya:
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ﻭَﻣَﻦ ﻳُﺸَﺎﻗِﻖِ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝَ ﻣِﻦ ﺑَﻌْﺪِ ﻣَﺎ ﺗَﺒَﻴَّﻦَ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻬُﺪَﻯٰ ﻭَﻳَﺘَّﺒِﻊْ ﻏَﻴْﺮَ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻧُﻮَﻟِّﻪِ ﻣَﺎ ﺗَﻮَﻟَّﻰٰ ﻭَﻧُﺼْﻠِﻪِ ﺟَﻬَﻨَّﻢَ ﻭَﺳَﺎﺀَﺕْ ﻣَﺼِﻴﺮًﺍ
“Dan barangsiapa menentang Rasul setelah jelas baginya kebenaran, dan mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa bergelimang dalam kesesatan dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam; dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”
(An Nisa’: 115)

Wajibnya mengembalikan segala perselisihan kepada al Qur-aan dan as Sunnah

Wajibnya mengembalikan segala perselisihan kepada al Qur-aan dan as Sunnah

Allah Ta’ala berfirman:

ﻓَﺈِﻥ ﺗَﻨَﺎﺯَﻋْﺘُﻢْ ﻓِﻲ ﺷَﻰْﺀٍ ﻓَﺮُﺩُّﻭﻩُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝِ ﺇِﻥ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍْﻷَﺧِﺮِ ﺫَﻟِﻚَ ﺧَﻴْﺮُُ ﻭَﺃَﺣْﺴَﻦُ ﺗَﺄْﻭِﻳﻼً
Jika kalian berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama ( bagimu ) dan lebih baik akibatnya.
[An-Nisa’ : 59]

tidaklah baik generasi terakhir

Imam Malik berkata:

( ﻻ ﻳﺼﻠﺢ ﺁﺧﺮ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻣﺔ ﺇﻻ ﻣﺎ ﺃﺻﻠﺢ ﺃﻭﻟﻬﺎ )

“tidaklah baik generasi terakhir umat ini, kecuali dengan apa yang membuat baik generasi awalnya”
Maka tidak ada keselamatan kecuali dengan berpegang teguh pada Kitabullah dan Sunnah Rasul serta apa yang dipahami oleh Salaful Ummah di setiap masa dan setiap tempat. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua yang di dalamnya terdapat kebaikan dan perbaikan.

ﻭﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﺃﺟﻤﻌﻴﻦ
***
Sumber: http:// www.alfawzan.af.org.sa/ node/15350

Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, serta ulil amri

Allah Ta’ala berfirman:

( ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍْ ﺃَﻃِﻴﻌُﻮﺍْ ﺍﻟﻠّﻪَ ﻭَﺃَﻃِﻴﻌُﻮﺍْ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝَ ﻭَﺃُﻭْﻟِﻲ ﺍﻷَﻣْﺮِ ﻣِﻨﻜُﻢْ ﻓَﺈِﻥ ﺗَﻨَﺎﺯَﻋْﺘُﻢْ ﻓِﻲ ﺷَﻲْﺀٍ ﻓَﺮُﺩُّﻭﻩُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻭَﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝِ ﺇِﻥ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺑِﺎﻟﻠّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻵﺧِﺮِ ﺫَﻟِﻚَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻭَﺃَﺣْﺴَﻦُ ﺗَﺄْﻭِﻳﻼً)

“ Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, serta ulil amri diantara kalian. Jika kalian berselisih dalam suatu hal, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul- Nya. Jika kalian benar- benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama (bagimu)dan lebih baik akibatnya ” (QS.An Nisa: 59).

Apa saja yang diberikan oleh Rasul kepada kalian, maka ambillah

Dalam surah al-Hasyr ayat 7, Allah ta’ala berfirman:

ﻭﻣﺎ ﺀﺍﺗـﻜﻢ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﻓﺨﺬﻭﻩ ﻭﻣﺎ ﻧﻬـﻜﻢ ﻋﻨﻪ ﻓﺎﻧﺘﻬﻮﺍ

Artinya:
“Apa saja yang diberikan oleh Rasul kepada kalian, maka ambillah. Dan apa saja yang dilarangnya, maka tinggalkanlah.”

Imam Ibn Katsir rahimahullah, dalam kitab tafsir beliau menjelaskan makna ayat ini adalah:

ﻣﻬﻤﺎ ﺃﻣﺮﻛﻢ ﺑﻪ ﻓﺎﻓﻌﻠﻮﻩ ، ﻭﻣﻬﻤﺎ ﻧﻬﺎﻛﻢ ﻋﻨﻪ ﻓﺎﺟﺘﻨﺒﻮﻩ ، ﻓﺈﻧﻪ ﺇﻧﻤﺎ ﻳﺄﻣﺮ ﺑﺨﻴﺮ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻳﻨﻬﻰ ﻋﻦ ﺷﺮ

Artinya:
“Jika Rasul memerintahkan sesuatu, maka lakukanlah, dan jika Rasul melarang kalian dari sesuatu, maka jauhilah. Sesungguhnya Rasul hanya memerintahkan kepada yang baik, dan melarang dari sesuatu yang buruk.”

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru

Juga didukung dengan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺪَﺙَ ﻓِﻰ ﺃَﻣْﺮِﻧَﺎ ﻫَﺬَﺍ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻣِﻨْﻪُ ﻓَﻬُﻮَ ﺭَﺩٌّ

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak .” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718).

Hukum asal ibadah adalah haram

Ada kaedah fikih yang cukup ma’ruf di kalangan para ulama,
ﺍﻷﺻﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺍﺕ ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﻢ
“Hukum asal ibadah adalah haram (sampai adanya dalil). ”

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah

Di antara dalil kaedah adalah firman Allah Ta’ala ,
ﺃَﻡْ ﻟَﻬُﻢْ ﺷُﺮَﻛَﺎﺀُ ﺷَﺮَﻋُﻮﺍ ﻟَﻬُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﺄْﺫَﻥْ ﺑِﻪِ ﺍﻟﻠَّﻪُ
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? ” (QS. Asy-Syuraa: 21).

Syafi’i berkata mengenai kaedah ibadah

Ulama Syafi’i berkata mengenai kaedah yang kita kaji saat ini,
ﺍَﻟْﺄَﺻْﻞَ ﻓِﻲ ﺍَﻟْﻌِﺒَﺎﺩَﺓِ ﺍَﻟﺘَّﻮَﻗُّﻒ
“Hukum asal ibadah adalah tawaqquf (diam sampai datang dalil).” Perkataan di atas disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam
Fathul Bari (5: 43). Ibnu Hajar adalah di antara ulama besar Syafi’i yang jadi rujukan. Perkataan Ibnu Hajar tersebut menunjukkan bahwa jika tidak ada dalil, maka suatu amalan tidak boleh dilakukan. Itu artinya asal ibadah adalah haram sampai ada dalil yang memerintahkan. Di tempat lain, Ibnu Hajar rahimahullah juga berkata,
ﺃَﻥَّ ﺍﻟﺘَّﻘْﺮِﻳﺮ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻌِﺒَﺎﺩَﺓ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳُﺆْﺧَﺬ ﻋَﻦْ ﺗَﻮْﻗِﻴﻒ
“Penetapan ibadah diambil dari tawqif (adanya dalil)” ( Fathul Bari , 2: 80).

Barangsiapa membuat suatu perkara baru

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺪَﺙَ ﻓِﻰ ﺃَﻣْﺮِﻧَﺎ ﻫَﺬَﺍ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻣِﻨْﻪُ ﻓَﻬُﻮَ ﺭَﺩٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,
ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ ﻓَﺈِﻥَّ ﺧَﻴْﺮَ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳﺚِ ﻛِﺘَﺎﺏُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺧَﻴْﺮُ ﺍﻟْﻬُﺪَﻯ ﻫُﺪَﻯ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﺷَﺮُّ ﺍﻷُﻣُﻮﺭِ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺎﺗُﻬَﺎ ﻭَﻛُﻞُّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻼَﻟَﺔٌ
“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan ” (HR. Muslim no. 867)

Rabu, 18 April 2018

PENDIDIKAN ANAK MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB

****
🌻💎 Silsilah Mutiara Hikmah Salafiyyah Dalam Tarbiyatul Aulad

❶ PENDIDIKAN ANAK MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB

☝🏻 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً)

“Wahai orang-orang beriman JAGALAH DIRIMU dan KELUARGAMU (Isteri dan anak-anakmu) dari api neraka.” (at-Tahrim : 6)

👉🏻 Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

«كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا »

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan DIMINTAI PERTANGGUNGJAWABAN tentang apa yang dia pimpin. Seorang imam (penguasa) adalah pemimpin, akan dimintai pertanggungjawaban atau rakyat yang dia pimpin. Seorang pria (suami) adalah pemimpin keluarga (isteri dan anak-anaknya) dia pun akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang ia pimpin. Seorang wanita (isteri) adalah pemimpin di rumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang ia pimpin.” (HR. al-Bukhari 893, Muslim 4751)

👋🏻 Asy-Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan,
“Di antara hal terpenting terhadap anak-anak adalah MEMBERIKAN PERHATIAN terhadap mereka. Karena seseorang akan dimintai pertanggungjawaban atas anak-anaknya. Makna ayat (at-Tahrim : 6 di atas, pen) bahwa Allah mewakilkan/menyerahkan (tanggung jawab pendidikan) anak-anak kita kepada kita. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda : “Seorang pria (suami) adalah pemimpin keluarga (isteri dan anak-anaknya) dia pun akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang ia pimpin.”

Maka WAJIB atas seorang pria (suami) untuk MEMPERHATIKAN ISTERI dan ANAK-ANAKNYA dengan perhatian yang lebih besar dibandingkan perhatiannya terhadap hartanya. Kita dapati sekarang, banyak orang yang perhatiannya terhadap harta lebih besar daripada perhatiannya terhadap anak. Kamu dapati ada di antara mereka yang begadang semalaman mengurus catatan-catatan harta dan dagangannya, dan tidak perhatian terhadap kondisi anak-anaknya. INI MERUPAKAN KESALAHAN FATAL!!” (Majmu Fatawa 25/235~236)

👋🏻 Asy-Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah juga mengatakan :
“Tidak akan terwujud penjagaan kita atas mereka dari api neraka kecuali dengan cara kita membiasakan kepada mereka mengerjakan amal-amal shalih dan meninggalkan amal-amal yang jelek. Hendaknya seorang ayah mengetahui, bahwa keshalihan anak-anaknya merupakan mashlahah untuknya di dunia dan di akhirat. (Fatawa Nur ‘ala ad-Darb 23/2)

📑 Dinukil dari: http://bit.ly/1Ya1hCz

~~~~
📝🎨 Majmu’ah Tarbiyatul Aulad
● t.me/TarbiyatulAulad

Minggu, 15 April 2018

Syubhat kebatilan

KALIMAT HAK YANG DIINGINKAN BATIL ITULAH SYUBHAT (KERANCUAN)

👣 Suatu ketika sahabat Ali bin Abi thalib radhiallahu 'anhu mendengar ucapan kaum Khawarij tatkala meneriakkan yel-yel protes atas kebijakan khalifah Ali bin Abi Thalib dan sahabat Muawiyah radhiallahu 'anhuma dalam peristiwa tahkim sembari membaca ayat:

ﺇﻥ ﺍﻟﺤﻜﻢ ﺇﻻ ﻟﻠﻪ
☝️"Tiada hukum kecuali hukum Allah."

💺 Maka beliau radhiallahu 'anhu menanggapinya dengan mengatakan:

ﻛﻠﻤﺔ ﺣﻖ ﺃﺭﻳﺪ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﺒﺎﻃﻞ

🎯 "Kalimat hak namun yang diinginkan batil."

♨️ Itulah yang diistilahkan dengan Syubhat (kerancuan).

Yaitu membuat rancu atau samar sebuah perkara dengan argumen atau dalil yang nampak seakan-akan benar dan bisa diterima.

💥 Syubhat dalam agama biasanya ditebarkan oleh ahlu batil yaitu orang-orang yang sesat, demi pembenaran kebatilan atau membuat ragu dan bimbang orang-orang yang berpegang dengan kebenaran.

🌏 Mereka dijuluki ahlu syubhah (penebar syubhat), karena tidak henti-hentinya menebar syubhat ditengah-tengah muslimin. Saling bahu-membahu bersatu padu membingkai kebatilan dengan bingkai kata-kata indah nan berbisa. Memoles syubhat (kerancuan) nan beracun dengan polesan dalil yang diselewengkan maknanya demi menipu umat.

🌷 Nas'alullaha as saalamah wal 'afiah...

☝️Semoga keselamatan dan hidayah Allah selalu menyertai kita semua!
☝️ Amin!

💯 Maka benarlah firman Allah ta'ala:

ﻭَﻛَﺬَٰﻟِﻚَ ﺟَﻌَﻠْﻨَﺎ ﻟِﻜُﻞِّ ﻧَﺒِﻲٍّ ﻋَﺪُﻭًّﺍ ﺷَﻴَﺎﻃِﻴﻦَ ﺍﻟْﺈِﻧﺲِ ﻭَﺍﻟْﺠِﻦِّ ﻳُﻮﺣِﻲ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﺇِﻟَﻰٰ ﺑَﻌْﺾٍ ﺯُﺧْﺮُﻑَ ﺍﻟْﻘَﻮْﻝِ ﻏُﺮُﻭﺭًﺍ ۚ ﴿١١٢ ﴾

📖 "Demikian kami jadikan bagi setiap nabi musuh setan dari kalangan jin dan manusia sebagian mereka membisikkan sebagian yang lain(bekerjasama) menghiasi ucapan yang menipu (syubhat)" (al-An'am: 112)

🚔 CIRI AHLI SYUBHAT BERAMAL KEMUDIAN MENCARI DALIL

📝 Ayat di atas memberi pelajaran penting bagi kita  bahwa diantara trik dan makar jahat yang dilancarkan setan dan bala tentaranya adalah menghias atau menggambarkan kebenaran dan kebatilan dengan gambaran terbalik.

⚠️ Ya, mereka menghiasi kebatilan dengan penampakan hak dan sebaliknya menggambarkan kebenaran dengan gambaran batil. Tentu dengan sebuah target yaitu langgengnya kebatilan di tengah-tengah umat.

🚧 Untuk itu mereka saling bekerjasama dan berupaya mencari dalil baik berupa ayat, hadits atau penyataan ulama lalu ditarik dan dicocok-cocokkan dengan kebatilan yang mereka pegangi.

☝️ Wal'iyadzu billah!

🌏 Demikian kebiasaan ahli batil para pengekor hawa nafsu. Mereka berakidah atau beramal terlebih dahulu kemudian mencari-cari dalil pendukung dan pembenaran.

📖 Berbeda dengan ahlussunnah wal jama'ah pengikut salafus shalih, mereka berdalil terlebih dahulu baru setelah itu membangun akidah dan amaliah serta beragama di atasnya.

💺 Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Imam Waki' bin al-Jarrah (wafat 177 H) guru Imam Syafi'i rahimahumallah:

" ﻣﻦ ﺍﺳﺘﺪﻝ ﺑﺎﻟﺤﺪﻳﺚ ﻛﻤﺎ ﺟﺎﺀ ﻓﻬﻮ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ . ﻭﻣﻦ ﺍﺳﺘﺪﻝ ﺑﺎﻟﺤﺪﻳﺚ ﻟِﻴُﻘَﻮِّﻱَ ﺭﺃﻳﻪ ﻓﻬﻮ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ".

📚 "Barangsiapa yang berdalil dengan sebuah hadits sebagaimana datang (maknanya yang benar) maka dia tergolong ahlussunnah dan barangsiapa yang berdalil dengan sebuah hadits untuk mendukung pendapatnya maka dia termasuk ahli bid'ah." (Riwayat Bukhari dalam juz rof'ul yadain fis-shalat)

💥 Tentu dua sikap yang sangat berbeda dan bertolak belakang. Sikap yang terpuji dan tercela.

🚀 Dikatakan terpuji ketika berjalan diatas dalil kemana arah dalil tersebut. Ia tidak berkata, beramal dan berkeyakinan kecuali ditunjukkan atau dibolehkan oleh dalil. Sebaliknya dikatakan tercela ketika selalu mencari-cari dalil pembenaran setelah berakidah, berucap atau beramal ibadah.

♨️ Dengan kata lain selalu mendahului dalil al-Quran dan sunnah dalam berislam. Sehingga dalil tersebut dipaksa dan diseret maknanya demi pembenaran kesesatan mereka. Inilah ciri khas ahli bid'ah (pengusung bid'ah) dan ahli ahwa (pengekor hawa nafsu) sejak dulu hingga sekarang dalam mengebiri Islam dan kaum muslimin.

Senantiasa membela nafsunya dengan upaya melegitimasi amaliah bid'ah dan akidah sesat dengan dalil yang dipaksakan.

☝️ Allahul Musta'an

Haq tapi batil

ﻛﻠﻤﺔ ﺣﻖ ﺃﺭﻳﺪ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﺒﺎﻃﻞ

(Kalimat hak namun yang diinginkan batil)

Jawaban syubhat

Saya memberi wasiat kepada kalian agar tetap bertaqwa kepada Allah ‘azza wa jalla, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memerintah kalian seorang hamba sahaya (budak) ”. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi, Hadits Hasan Shahih)

Islam lewat lisan Nabinya telah mengajarkan bagaimana kita bermuamalah dengan pemerintah atau penguasa. Sebagian kalangan bersikap keras sehingga mudah mengkafirkan. Sebagian lagi bersikap lembek. Sikap terbaik yang menjadi akidah seorang muslim adalah tetap menasehati penguasanya dengan baik tatkala mereka tergelincir. Penyampaian nasehat ini pula disalurkan dengan cara yang baik, bukan dengan menyebarkan aib mereka di depan umum.

Juga prinsip penting dalam muamalah dengan penguasa adalah tetap mentaati mereka selama mereka masih muslim, walaupun mereka berbuat zholim. Berikut nasehat Nabi kita -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan para ulama dalam hal ini.

Dari Abu Najih, Al ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu , ia berkata
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi nasehat kepada kami dengan satu nasehat yang menggetarkan hati dan menjadikan air mata berlinang”. Kami (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, nasihat itu seakan-akan adalah nasihat dari orang yang akan berpisah, maka berilah kami wasiat.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﺃُﻭْﺻِﻴْﻜُﻢْ ﺑِﺘَﻘْﻮَﻯ ﺍﻟﻠﻪِ ﻋَﺰَّﻭَﺟَﻞَّ , ﻭَﺍﻟﺴَّﻤْﻊِ ﻭَﺍﻟﻄَّﺎﻋَﺔِ ﻭَﺇِﻥْ ﺗَﺄَﻣَّﺮَ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﻋَﺒْﺪٌ

“Saya memberi wasiat kepada kalian agar tetap bertaqwa kepada Allah ‘azza wa jalla, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memerintah kalian seorang hamba sahaya (budak) ”. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi, Hadits Hasan Shahih)

Mentaati Pemimpin dalam Kebajikan

Ta’at kepada pemimpin adalah suatu kewajiban sebagaimana disebutkan dalam Al Kitab dan As Sunnah. Di antaranya Allah Ta’ala berfirman,

ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﺃَﻃِﻴﻌُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺃَﻃِﻴﻌُﻮﺍ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝَ ﻭَﺃُﻭﻟِﻲ ﺍﻟْﺄَﻣْﺮِ ﻣِﻨْﻜُﻢْ

“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu .” (QS. An Nisa’ [4] : 59)

Dalam ayat ini Allah menjadikan ketaatan kepada pemimpin pada urutan ketiga setelah ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya.

Namun, untuk pemimpin di sini tidaklah datang dengan lafazh ‘ta’atilah’ karena ketaatan kepada pemimpin merupakan ikutan (taabi’) dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Oleh karena itu, apabila seorang pemimpin memerintahkan untuk berbuat maksiat kepada Allah, maka tidak ada lagi kewajiban dengar dan ta’at.

Makna zhohir (tekstual) dari hadits ini adalah kita wajib mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun mereka bermaksiat kepada Allah dan tidak menyuruh kita untuk berbuat maksiat kepada Allah.

Karena terdapat hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Hudzaifah bin Al Yaman.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‏« ﻳَﻜُﻮﻥُ ﺑَﻌْﺪِﻯ ﺃَﺋِﻤَّﺔٌ ﻻَ ﻳَﻬْﺘَﺪُﻭﻥَ ﺑِﻬُﺪَﺍﻯَ ﻭَﻻَ ﻳَﺴْﺘَﻨُّﻮﻥَ ﺑِﺴُﻨَّﺘِﻰ ﻭَﺳَﻴَﻘُﻮﻡُ ﻓِﻴﻬِﻢْ ﺭِﺟَﺎﻝٌ ﻗُﻠُﻮﺑُﻬُﻢْ ﻗُﻠُﻮﺏُ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦِ ﻓِﻰ ﺟُﺜْﻤَﺎﻥِ ﺇِﻧْﺲٍ ‏» . ﻗَﺎﻝَ ﻗُﻠْﺖُ ﻛَﻴْﻒَ ﺃَﺻْﻨَﻊُ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥْ ﺃَﺩْﺭَﻛْﺖُ ﺫَﻟِﻚَ ﻗَﺎﻝَ ‏« ﺗَﺴْﻤَﻊُ ﻭَﺗُﻄِﻴﻊُ ﻟِﻸَﻣِﻴﺮِ ﻭَﺇِﻥْ ﺿُﺮِﺏَ ﻇَﻬْﺮُﻙَ ﻭَﺃُﺧِﺬَ ﻣَﺎﻟُﻚَ ﻓَﺎﺳْﻤَﻊْ ﻭَﺃَﻃِﻊْ ‏» .

“Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mendapat petunjukku (dalam ilmu, pen) dan tidak pula melaksanakan sunnahku (dalam amal, pen).

Nanti akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya adalah jasad manusia. “
Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku menemui zaman seperti itu?”
Beliau bersabda, ”Dengarlah dan ta’at kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan ta’at kepada mereka .” (HR. Muslim no. 1847. Lihat penjelasan hadits ini dalam Muroqotul Mafatih Syarh Misykah Al Mashobih, 15/343, Maktabah Syamilah)

Padahal menyiksa punggung dan mengambil harta tanpa ada sebab yang dibenarkan oleh syari’at –tanpa ragu lagi- termasuk maksiat.

Seseorang tidak boleh mengatakan kepada pemimpinnya tersebut, “Saya tidak akan ta’at kepadamu sampai engkau menaati Rabbmu.” Perkataan semacam ini adalah suatu yang terlarang. Bahkan seseorang wajib menaati mereka (pemimpin) walaupun mereka durhaka kepada Rabbnya.

Adapun jika mereka memerintahkan kita untuk bermaksiat kepada Allah, maka kita dilarang untuk mendengar dan mentaati mereka. Karena Rabb pemimpin kita dan Rabb kita (rakyat) adalah satu yaitu Allah Ta’ala oleh karena itu wajib ta’at kepada-Nya.

Apabila mereka memerintahkan kepada maksiat maka tidak ada kewajiban mendengar dan ta’at.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻻَ ﻃَﺎﻋَﺔَ ﻓِﻰ ﻣَﻌْﺼِﻴَﺔٍ ، ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟﻄَّﺎﻋَﺔُ ﻓِﻰ ﺍﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ

“Tidak ada kewajiban ta’at dalam rangka bermaksiat (kepada Allah). Ketaatan hanyalah dalam perkara yang ma’ruf (bukan maksiat).” (HR. Bukhari no. 7257)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﺮْﺀِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢِ ، ﻓِﻴﻤَﺎ ﺃَﺣَﺐَّ ﻭَﻛَﺮِﻩَ ، ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳُﺆْﻣَﺮْ ﺑِﻤَﻌْﺼِﻴَﺔٍ ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺃُﻣِﺮَ ﺑِﻤَﻌْﺼِﻴَﺔٍ ﻓَﻼَ ﺳَﻤْﻊَ ﻭَﻻَ ﻃَﺎﻋَﺔَ

“Seorang muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara yang dia sukai atau benci selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat.” (HR. Bukhari no. 7144)
(Pembahasan ini kami sarikan dari penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin dalam Syarh Arba’in An NAwawiyah, hal. 279, Daruts Tsaroya)

Bersabarlah terhadap Pemimpin yang Zholim

Ibnu Abil ‘Izz mengatakan,
“Hukum mentaati pemimpin adalah wajib, walaupun mereka berbuat zholim (kepada kita). Jika kita keluar dari mentaati mereka maka akan timbul kerusakan yang lebih besar dari kezholiman yang mereka perbuat. Bahkan bersabar terhadap kezholiman mereka dapat melebur dosa-dosa dan akan melipat gandakan pahala.

Allah Ta’ala tidak menjadikan mereka berbuat zholim selain disebabkan karena kerusakan yang ada pada diri kita juga. Ingatlah, yang namanya balasan sesuai dengan amal perbuatan yang dilakukan (al jaza’ min jinsil ‘amal).

Oleh karena itu, hendaklah kita bersungguh-sungguh dalam istigfar dan taubat serta berusaha mengoreksi amalan kita.

Perhatikanlah firman Allah Ta’ala berikut,

ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺻَﺎﺑَﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﻣُﺼِﻴﺒَﺔٍ ﻓَﺒِﻤَﺎ ﻛَﺴَﺒَﺖْ ﺃَﻳْﺪِﻳﻜُﻢْ ﻭَﻳَﻌْﻔُﻮ ﻋَﻦْ ﻛَﺜِﻴﺮٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). ” (QS. Asy Syura [42] : 30)

ﺃَﻭَﻟَﻤَّﺎ ﺃَﺻَﺎﺑَﺘْﻜُﻢْ ﻣُﺼِﻴﺒَﺔٌ ﻗَﺪْ ﺃَﺻَﺒْﺘُﻢْ ﻣِﺜْﻠَﻴْﻬَﺎ ﻗُﻠْﺘُﻢْ ﺃَﻧَّﻰ ﻫَﺬَﺍ ﻗُﻞْ ﻫُﻮَ ﻣِﻦْ ﻋِﻨْﺪِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻜُﻢْ

“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Dari mana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri” .” (QS. Ali Imran [3] : 165)

ﻣَﺎ ﺃَﺻَﺎﺑَﻚَ ﻣِﻦْ ﺣَﺴَﻨَﺔٍ ﻓَﻤِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺻَﺎﺑَﻚَ ﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺔٍ ﻓَﻤِﻦْ ﻧَﻔْﺴِﻚَ

“Apa saja ni’mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri .” (QS. An Nisa’ [4] : 79)

Allah Ta’ala juga berfirman,

ﻭَﻛَﺬَﻟِﻚَ ﻧُﻮَﻟِّﻲ ﺑَﻌْﺾَ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺑَﻌْﻀًﺎ ﺑِﻤَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳَﻜْﺴِﺒُﻮﻥَ

“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan .” (QS. Al An’am [6] : 129)

Apabila rakyat menginginkan terbebas dari kezholiman seorang pemimpin, maka hendaklah mereka meninggalkan kezholiman.
(Inilah nasehat yang sangat bagus dari seorang ulama Robbani. Lihat Syarh Aqidah Ath Thohawiyah, hal. 381, Darul ‘Aqidah)

Ingatlah: Semakin Baik Rakyat, Semakin Baik Pula Pemimpinnya
Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan,
“Sesungguhnya di antara hikmah Allah Ta’ala dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka.

Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. Namun, jika rakyat berbuat zholim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zholim.

Jika tampak tindak penipuan di tengah-tengah rakyat, maka demikian pula hal ini akan terjadi pada pemimpin mereka. Jika rakyat menolak hak-hak Allah dan enggan memenuhinya, maka para pemimpin juga enggan melaksanakan hak-hak rakyat dan enggan menerapkannya. Jika dalam muamalah rakyat mengambil sesuatu dari orang-orang lemah, maka pemimpin mereka akan mengambil hak yang bukan haknya dari rakyatnya serta akan membebani mereka dengan tugas yang berat.

Setiap yang rakyat ambil dari orang-orang lemah maka akan diambil pula oleh pemimpin mereka dari mereka dengan paksaan.

Dengan demikian setiap amal perbuatan rakyat akan tercermin pada amalan penguasa mereka. Berdasarkah hikmah Allah, seorang pemimpin yang jahat dan keji hanyalah diangkat sebagaimana keadaan rakyatnya.

Ketika masa-masa awal Islam merupakan masa terbaik, maka demikian pula pemimpin pada saat itu. Ketika rakyat mulai rusak, maka pemimpin mereka juga akan ikut rusak. Dengan demikian berdasarkan hikmah Allah, apabila pada zaman kita ini dipimpin oleh pemimpin seperti Mu’awiyah, Umar bin Abdul Azis, apalagi dipimpin oleh Abu Bakar dan Umar, maka tentu pemimpin kita itu sesuai dengan keadaan kita. Begitu pula pemimpin orang-orang sebelum kita tersebut akan sesuai dengan kondisi rakyat pada saat itu. Masing-masing dari kedua hal tersebut merupakan konsekuensi dan tuntunan hikmah Allah Ta’ala.” (Lihat Miftah Daaris Sa’adah, 2/177-178)

Pada masa pemerintahan ‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu ada seseorang yang bertanya kepada beliau, “Kenapa pada zaman kamu ini banyak terjadi pertengkaran dan fitnah (musibah), sedangkan pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak?
Ali menjawab,
“Karena pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjadi rakyatnya adalah aku dan sahabat lainnya. Sedangkan pada zamanku yang menjadi rakyatnya adalah kalian.”

Oleh karena itu, untuk mengubah keadaan kaum muslimin menjadi lebih baik, maka hendaklah setiap orang mengoreksi dan mengubah dirinya sendiri, bukan mengubah penguasa yang ada. Hendaklah setiap orang mengubah dirinya yaitu dengan mengubah aqidah, ibadah, akhlaq dan muamalahnya.

Perhatikanlah firman Allah Ta’ala,

ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ ﻳُﻐَﻴِّﺮُ ﻣَﺎ ﺑِﻘَﻮْﻡٍ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻐَﻴِّﺮُﻭﺍ ﻣَﺎ ﺑِﺄَﻧْﻔُﺴِﻬِﻢْ

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ” (QS. Ar Ra’du [13] : 11)

Menegakkan Negara Islam
Ada seorang da’i saat ini berkata,

ﺃَﻗِﻴْﻤُﻮْﺍ ﺩَﻭْﻟَﺔَ ﺍﻹِﺳْﻼَﻡِ ﻓِﻲ ﻗُﻠُﻮْﺑِﻜُﻢْ، ﺗَﻘُﻢْ ﻟَﻜُﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﺭْﺿِﻜُﻢْ

“Tegakkanlah Negara Islam di dalam hati kalian, niscaya negara Islam akan tegak di bumi kalian.”
Bukanlah jalan melepaskan diri dari kezoliman penguasa adalah dengan mengangkat senjata melalui kudeta yang termasuk bid’ah pada saat ini.

Pemberontakan semacam ini telah menyelisihi nash-nash yang memerintahkan untuk merubah diri sendiri terlebuh dahulu dan membangun bangunan dari pondasi (dasar).

Allah Ta’ala berfirman,

ﻭَﻟَﻴَﻨْﺼُﺮَﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣَﻦْ ﻳَﻨْﺼُﺮُﻩُ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﻘَﻮِﻱٌّ ﻋَﺰِﻳﺰٌ

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hajj [22] : 40)

Jalan keluar dari kezholiman penguasa –di mana kulit mereka sama dengan kita dan berbicara dengan bahasa kita- adalah dengan :
1. Bertaubat kepada Allah Ta’ala
2. Memperbaiki aqidah
3. Mendidik diri dan keluarga dengan ajaran Islam yang benar
(At Ta’liqot Al Atsariyah ‘alal Aqidah Ath Thohawiyah li Aimmati Da’wah Salafiyah, 1/42, Maktabah Syamilah)

Oleh karena itu, setiap da’i yang ingin mendakwahkan islam hendaklah memulai dakwahnya dengan dakwah tauhid. Inilah dakwah para Nabi dan dakwah pertama yang Nabi perintahkan kepada da’i dari kalangan sahabat untuk menyampaikannya kepada umat.

Para sahabat tidaklah diperintahkan untuk menegakkan khilafah islamiyah terlebih dahulu atau menguasai pemerintahan melalui politik. Namun, dakwah yang beliau perintah untuk disampaikan pertama kali adalah dakwah tauhid.
Lihatlah nasehat beliau shallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau mengutusnya ke Yaman –negeri Ahli Kitab-,

ﺇِﻧَّﻚَ ﺗَﻘْﺪَﻡُ ﻋَﻠَﻰ ﻗَﻮْﻡٍ ﺃَﻫْﻞِ ﻛِﺘَﺎﺏٍ ، ﻓَﻠْﻴَﻜُﻦْ ﺃَﻭَّﻝَ ﻣَﺎ ﺗَﺪْﻋُﻮﻫُﻢْ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻋِﺒَﺎﺩَﺓُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻋَﺮَﻓُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻓَﺄَﺧْﺒِﺮْﻫُﻢْ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻗَﺪْ ﻓَﺮَﺽَ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺧَﻤْﺲَ ﺻَﻠَﻮَﺍﺕٍ ﻓِﻰ ﻳَﻮْﻣِﻬِﻢْ ﻭَﻟَﻴْﻠَﺘِﻬِﻢْ

“Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum Ahli Kitab. Jadikanlah dakwah pertamamu kepada mereka adalah untuk beribadah kepada Allah (mentauhidkannya). Apabila mereka sudah mentauhidkan Allah, beritahukanlah mereka bahwa Allah mewajibkan shalat lima waktu sehari semalam kepada mereka .” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jauhilah Pertumpahan Darah
Kita harus memperhatikan kewajiban mendengar dan taat kepada penguasa. Karena, bila kita tidak mentaati mereka, maka akan terjadi kekacauan, pertumpahan darah dan terjadi korban pada kaum muslimin. Ingatlah bahwa darah kaum muslimin itu lebih mulia daripada hancurnya dunia ini.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻟَﺰَﻭَﺍﻝُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺃَﻫْﻮَﻥُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣِﻦْ ﻗَﺘْﻞِ ﺭَﺟُﻞٍ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ

“Hancurnya dunia ini lebih ringan (dosanya) daripada terbunuhnya seorang muslim .” (HR. Tirmidzi)

Allah Ta’ala berfirman,

ﻣَﻦْ ﻗَﺘَﻞَ ﻧَﻔْﺴًﺎ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻧَﻔْﺲٍ ﺃَﻭْ ﻓَﺴَﺎﺩٍ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻓَﻜَﺄَﻧَّﻤَﺎ ﻗَﺘَﻞَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ

“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain , atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. ” (QS. Al Ma’idah [5] : 32)

Sekarang kita dapat menyaksikan orang-orang yang memberontak kepada penguasa. Mereka hanya mengajak kepada pertumpahan darah dan banyak di antara kaum muslimin yang tidak bersalah menjadi korban.

Yang wajib dan terbaik adalah mendengar dan mentaati mereka. Namun bukan berarti tidak ada amar ma’ruf nahi mungkar. Hal itu tetap ada tetapi harus dilakukan menurut kaedah yang telah ditetapkan oleh syari’at yang mulia ini.

Hendaklah Kita Mendoakan Pemimpin Kita

Sebagaimana dalam penjelasan yang telah lewat bahwa pemimpin adalah cerminan rakyatnya. Jika rakyat rusak, maka pemimpin juga akan demikian. Maka hendaklah kita selalu mendo’akan pemimpin kita dan bukanlah mencelanya. Karena do’a kebaikan kita kepada mereka merupakan sebab mereka menjadi baik sehingga kita juga akan ikut baik. Ingatlah pula bahwa do’a seseorang kepada saudaranya dalam keadaan saudaranya tidak mengetahuinya adalah salah satu do’a yang terkabulkan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﺩَﻋْﻮَﺓُ ﺍﻟْﻤَﺮْﺀِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢِ ﻷَﺧِﻴﻪِ ﺑِﻈَﻬْﺮِ ﺍﻟْﻐَﻴْﺐِ ﻣُﺴْﺘَﺠَﺎﺑَﺔٌ ﻋِﻨْﺪَ ﺭَﺃْﺳِﻪِ ﻣَﻠَﻚٌ ﻣُﻮَﻛَّﻞٌ ﻛُﻠَّﻤَﺎ ﺩَﻋَﺎ ﻷَﺧِﻴﻪِ ﺑِﺨَﻴْﺮٍ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻤَﻠَﻚُ ﺍﻟْﻤُﻮَﻛَّﻞُ ﺑِﻪِ ﺁﻣِﻴﻦَ ﻭَﻟَﻚَ ﺑِﻤِﺜْﻞٍ

“Do’a seorang muslim kepada saudaranya ketika saudaranya tidak mengetahuinya adalah do’a yang mustajab (terkabulkan). Di sisinya ada malaikat (yang memiliki tugas mengaminkan do’anya kepada saudarany, pen).

Ketika dia berdo’a kebaikan kepada saudaranya, malaikat tersebut berkata : Amin, engkau akan mendapatkan yang sama dengannya.” (HR. Muslim no. 2733)

Sampai-sampai sebagian salaf mengatakan:
Seandainya aku mengetahui bahwa aku memiliki do’a yang mustajab, niscaya akan aku manfaatkan untuk mendo’akan pemimpin.
Masya Allah inilah akhlaq yang mulia. Selalu mentaati pemimpin selain dalam hal maksiat. Dengan inilah akan tercipta kemaslahatan di tengah-tengah kaum muslimin.
Semoga Allah selalu memperbaiki keadaan pemimpin kita. Amin Ya Robbal ‘Alamin.

“Ya Allah, berilah kemanfaatan kepada kami terhadap apa yang kami ajarkan dan ajarkanlah pada kami ilmu yang bermanfaat serta tambahkanlah ilmu pada kami.”

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Allahumman fa’ana bimaa ‘allamtana, wa ‘alimna maa yanfa’una wa zidnaa ‘ilmaa. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Allahu A'lam.

Jumat, 13 April 2018

Kuburan

Bismillah. Assalamualaikum ust. Afwan ana mau bertanya. Apakah diperbolehkan didalam syariat islam yaitu hanya menulis nama dan tanggal kematian di batu nisan dikarenakan alasan bahwa sebagai penanda agar tidak dizholimi. Dikarenakan kuburan yang ada di saudi arabia berbeda dengan yang ada di Indonesia. karena di daerah saya apabila tidak diketahui pemilik kuburnya maka dikhawatirkan hilang atau diganti orang lain, sehingga sulit apabila ada keluarga yang ingin berziarah ke makam orangtua kita tersebut terkhusus kepada pihak keluarga yg belum memahami sunnah. Mohon penjelasan. Jazakallahu khairan

Kamis, 12 April 2018

BAGAIMANA BERSALAWAT KEPADA RASULULLAH?

✅🍃 BAGAIMANA BERSALAWAT KEPADA RASULULLAH?

➖➖➖➖
Di antara sunnah di hari jum'at adalah memperbanyak shalawat kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam.

Rasulullah bersabda,

أََكْثِرُوا الصَّلَاةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةَ الْجُمُعَةِ فَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

🍂 "Perbanyaklah bersalawat kepadaku di hari jum'at dan di malam jum'at. Barangsiapa yang bersalawat kepadaku sekali, maka Allah akan membalas salawatnya sebanyak sepuluh kali." (Lihat Ash-Shahihah: 1407)

⁉️ Lalu bagaimana bersalawat kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam?

🔵 Ada beberapa bentuk salawat yang diajarkan oleh Rasulullah, di antaranya adalah:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

🌙 ALLAHUMMA SHALLI 'ALA MUHAMMAD, WA 'ALA ALI MUHAMMAD, KAMA SHALLAITA 'ALA IBRAHIM, WA 'ALA ALI IBRAHIM , INNAKA HAMIIDUN MAJIID.

🌙 ALLAHUMMA BAARIK 'ALA MUHAMMAD WA 'ALA ALI MUHAMMAD, KAMA BAARAKTA 'ALA IBRAHIM , WA 'ALA ALI IBRAHIM , INNAKA HAMIIDUN MAJIID.
..........................

🍂 Di dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim (no.405), Sahabat Basyir bin Sa'ad radhiallahu 'anu berkata,

أَمَرَنَا اللهُ تَعَالَى أَنْ نُصَلِّيَ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللهِ، فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ؟

🌱 'Allah telah memerintahkan kami untuk bersalawat kepadamu, lalu bagaimana kami bersalawat kepadamu?'

✅ Beliau menjawab,

قُولُوا: اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

🍃 'Ucapkanlah: (lalu beliau menyebutkan salawat di atas)."

📗 Lafazh shalawat di atas juga diriwayatkan Imam al Bukhari dalam Shahihnya (no.3370)

wallahu a'lam.

📝 oleh: Tim Warisan Salaf

#Fawaidumum #akhlak #dzikir
〰〰➰〰〰
🍉 Warisan Salaf menyajikan Artikel dan Fatawa Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah

🚇Group WA & Telegram  :
🌴@InginKenalSunnah
📮Klik "JOIN" https://goo.gl/Op9xa4