Forum Berbagi Faidah [ FBF ]:
::
🚇LARANGAN BUANG AIR MENGHADAP DAN MEMBELAKANGI KIBLAT : BAGAIMANA JIKA WC NYA DI RUANGAN TERTUTUP?
Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
إِذَا أَتَيْتُمْ الْغَائِطَ فَلَا تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ وَلَا تَسْتَدْبِرُوهَا وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا
“Apabila kalian mendatangi tempat buang air maka janganlah kalian menghadap ke arah kiblat ketika buang air besar ataupun kencing dan jangan pula membelakangi kiblat, akan tetapi menghadaplah ke arah timur atau ke arah barat1.” (HR. Al-Bukhari no. 394 dan Muslim no. 264)
Dari hadits di atas dipahami adanya larangan menghadap dan membelakangi kiblat ketika buang hajat.
Namun dalam permasalahan ini ada perselisihan pendapat di kalangan ulama. Ada yang berpendapat perbuatan ini haram secara mutlak baik di WC (tempat yang tertutup/berbentuk bangunan) ataupun di tempat terbuka. Ada yang membolehkan secara mutlak dan ada pula yang merinci.
Perselisihan ini terjadi karena selain hadits larangan sebagaimana tercantum di atas didapatkan pula hadits lain yang menunjukkan kebolehannya seperti hadits Abdullah Ibnu ‘Umar radhiyallaahu 'anhuma, ia berkata:
ارْتَقَيْتُ فَوْقَ ظَهْرِ بَيْتِ حَفْصَةَ لِبَعْضِ حَاجَتِى ، فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِﷺ يَقْضِى حَاجَتَهُ مُسْتَقْبِلَ الشَّامِ وَمُسْتَدْبِرَ الْقِبْلَةِ
“Aku pernah menaiki rumah Hafshah 2 karena suatu keperluan, maka ketika itu aku melihat Rasulullah ﷺ buang hajat menghadap ke arah Syam dan membelakangi Ka’bah.” (HR. Al-Bukhari no. 148 dan Muslim no. 266)
Demikian pula hadits Jabir bin Abdillah Al-Anshari Radhiyallaahu 'anhu:
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ نَهَانَا عَنْ أَنْ نَسْتَدْبِرَ الْقِبْلَةَ أَوْ نَسْتَقْبِلَهَا بِفُرُوجِنَا إِذَا أَهْرَقْنَا الْمَاءَ قَالَ ثُمَّ رَأَيْتُهُ قَبْلَ مَوْتِهِ بِعَامٍ يَبُولُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ
“Sungguh beliau melarang kami untuk membelakangi dan menghadap kiblat dengan kemaluan-kemaluan kami apabila kami buang air. Kemudian aku melihat beliau kencing menghadap kiblat setahun sebelum meninggalnya.” (HR. Ahmad, 3/365 dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ush Shahih, 1/493)
➰ Dari perselisihan yang ada, yang rajih (kuat) adalah pendapat yang merinci, bila di luar bangunan seperti di padang pasir haram untuk menghadap atau membelakangi kiblat, sementara di dalam bangunan tidaklah diharamkan. Ini adalah pendapat Al-Imam Malik, Asy-Syafi’i, Ahmad, Ishaq, Asy-Sya’bi dan ini merupakan pendapat jumhur ahli ilmu. (Syarah Shahih Muslim, 3/154, Syarah Sunan An-Nasai lis Suyuthi, 1/26)
Namun sepantasnya bagi seseorang untuk menghindari arah kiblat ketika buang hajat di dalam bangunan (WC dan semisalnya), dalam rangka berhati-hati dari hadits-hadits yang menunjukkan larangan tentang hal ini dan karena adanya perselisihan yang kuat dalam permasalahan ini yang didukung oleh para ulama ahli tahqiq. (Taisirul ‘Allam, 1/55)
Catatan Kaki:
(1) Akan tetapi kita yang berada di Indonesia, seharusnya tidak menghadap ke arah barat yang merupakan arah kiblat dan juga merupakan arah Baitul Maqdis, menyelisihi penduduk Madinah yang telah disebutkan di atas. (Pembahasan ini bisa dilihat dalam Asy-Syarhul Mumti’, 1/99, Syarah ‘Umdatil Ahkam, Ibnu Daqiqil ‘Ied, 1/54, Sunan An-Nasai Hasyiyah As-Sindi, 1/23 )
(2) Salah seorang istri Rasulullahﷺ , putri ‘Umar Ibnul Khaththab Radhiyallaahu 'anhu.
•••
📋www.asysyariah.com/adab-buang-hajat-perkara-yang-dilalaikan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar