Kamis, 25 Mei 2017

Cara menasehati penguasa terang-terangan

Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin  rahimahullah– menjelaskan,“Sesungguhnya mengingkari kemungkaran yang tersebar adalah hal yang dituntut dan tidak ada masalah dalam hal ini. Tapi yang menjadi masalah dalam pembahasan kita adalah pengingkaran terhadap seorang penguasa, seperti jika seseorang berpidato di masjid, kemudian ia berkata misalnya,“Negara ) pemerintahnya ( ini telah berbuat zhalim”,“Pemerintah telah melakukan ) kesalahan (”, ia terus berbicara tentang kemungkaran penguasa dengan cara terang-terangan ini, padahal para penguasa tersebut tidak hadir dalam majelis itu. Jelas berbeda jika pemimpin atau penguasa yang ingin engkau nasihati itu ada di hadapan Anda dan ketika dia tidak ada.Karena semua pengingkaran secara terang-terangan yang dilakukan oleh generasi Salaf terjadi langsung di hadapan pemimpin atau penguasa. Bedanya, jika ia hadir, memungkinkan baginya untuk membela diri dan menjelaskan sisi pandangnya, dan bisa jadi ia yang benar dan kita yang salah. Akan tetapi jika ia tidak hadir, tentunya ia tidak bisa membela diri dan ini termasuk kezhaliman. Maka wajib bagi setiap kita untuk tidak berbicara tentang kejelekan seorang penguasa tatkala ia tidak hadir. Olehnya, jika engkau sangat menginginkan kebaikan ) bagi seorang penguasa ( pergilah kepadanya, temuilah ia, lalu nasihati secara empat mata.”]LihatLiqo’ Al-Babil Maftuh, pertemuan ke-62, hal. 46(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar